Inilah salah satu profil guru kita, meskipun barangkali, di kelas-kelas mereka garang dengan para murid, namun kenyataannya mereka tidak ada bedanya. Meski sudah bertahun menjadi guru dan melarang berbuat curang pada murid-muridnya, mereka toh melakukan hal yang sama: curang.
Inilah yang terjadi di salah satu forum Ujian Tulis Nasional (UTN) dan Ujian Tulis Lokal (UTL) dalam masa PLPG. Bahkan yang guru PAI & Budi Pekerti pun tidak ada bedanya. Meskipun menyandang gelar ‘ustadz’ dan ‘ustadzah’ di sekolah masing-masing, ternyata masih banyak juga yang ‘ngebet’ untuk berbuat curang saat ujian tersebut. Dan anehnya, perbuatan curang itu pun diprogramkan sejak hari pertama PLPG dimulai.
Ketika session pertama dimulai seorang peserta maju dan berbicara bahwa kita harus bisa saling bekerjasama, saling membantu, jikalau ada teman yang membutuhkan jawaban saat UTN dan UTL nanti maka teman yang lain tidak boleh menyimpan jawabannya. Tragis! Tidak hanya itu, penilaian teman sejawat pun tidak lepas dari setting. Nilai disamaratakan, akhirnya tidak ada peserta yang dapat nilai menonjol karena sudah disetting sejak awal alias sudah dirata-rata. Padahal mestinya inilah saatnya kita menilai secara jujur teman sejawat sebagai sebuah koreksi.
Inilah cermin lain guru kita. Pemerintah sudah berbuat baik dengan meng-upgrade kurikulum 2013 dengan pemetaan Kompetensi Inti yang menekankan pada sikap spiritual dan sosial. Maka mata pelajaran apapun harus mengandung KI 1 dan KI 2. Artinya, pembelajaran di sekolah harus mengutamakan sikap, baik spiritual maupun sosial. Tapi apa yang terjadi? Para guru tidak siap untuk berbuat jujur.
Apalah artinya uang sertifikasi yang diraih dengan cara yang curang, dengan cara yang tidak halal? Mengapa hanya untuk urusan dunia saja mereka rela mengorbankan akhirat? Padahal mereka adalah para guru yang seharusnya menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Jangan sampai terjadi sebuah pepatah: guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Maka bagi Anda yang belum berangkat PLPG, ingatlah pesan Alloh berikut ini:
كبر مقتا عند الله أن تقولوا ما لا تفعلون
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (QS. As-Shaf [61] ayat 3)
Sebagai seorang teman, saya pun sudah mengingatkan perbuatan ‘jahat’ mereka itu. Saya katakan, “Nanti kalau sampai di sekolah masing-masing, kalau melihat murid-muridnya mencontek dan berbuat curang tolong jangan dimarahi, karena toh anda sendiri berbuat curang di sini.” Namun apa jawaban mereka. Coba renungkan, inilah jawabannya, “Lho, mereka kan masih anak-anak pak guru, masih siswa jadi tidak boleh mencontek. Nah, kalau kami kan sudah menjadi guru, jadi ya tidak apa-apa kalau mencontek. Hehe...” Hebat bukan? Apakah ini tanda hati nurani mereka telah mati? Wallahu a’lam...
Sedangkan bagi Anda para guru yang merasa berbuat curang saat PLPG, saatnya bertobat. Bersyukurlah seandainya Anda gagal dan harus mengulang. Itu artinya Anda diselamatkan Alloh dari harta yang tidak halal. Bagi Anda yang berbuat curang dan lulus, maka Anda harus menginfakkan paling tidak 20 persen uang sertifikasi tersebut di Jalan Allah: menyumbang fakir miskin, anak yatim, membantu pendirian sekolah di daerah, dan lain-lain. Atau kalau Anda bingung, setorkan saja ke lembaga-lembaga amil zakat yang sudah banyak bertebaran seperti Rumah Zakat, PKPU, Lazis Jateng, Solo Peduli, dan lain-lain. Mudah-mudahan dengan begitu dosa Anda terampuni. Amin. [guruGO]
Posting Komentar
Anda merasa mendapatkan KEBAIKAN dari postingan ini? SILAHKAN BERKOMENTAR secara santun, bijak, dan tidak menghakimi. TERIMAKASIH telah sudi meninggalkan komentar di sini. Semoga hidup Anda bermakna. amin...