Oleh: Muhsin Suny M., S.S.*)
Marhaban Yaa Ramadhan! Selamat datang bulan suci Ramadhan. Tak terasa kita sudah akan bertemu dengan Ramadhan lagi. Dan Subhanallah Ramadhan kali ini jatuh pada tanggal yang cantik. Tanggal 1 Bulan Ramadhan tepat jatuh pada tanggal 1 September. Kita tahu bulan Ramadhan adalah bulan yang ke-9 dalam hitungan tahun Hijriyah. Dan bulan September adalah juga bulan yang ke-9 dalam hitungan tahun Qomariyah. Puasa telah dilaksanakan sejak lama sebelum Nabi Muhammad SAW menerima wahyu puasa. Dalam sejarah agama-agama besar, puasa sudah tidak asing lagi.
Universalitas puasa bisa dimengerti karena esensi dari puasa itu sendiri bukannya "mengerjakan" melainkan "menahan diri", yakni menahan diri dari makan dan minum, tidak melakukan seksualitas di siang hari serta menghindari sikap hewani yang merusak. Dianjurkan pula ibadah pada malam harinya untuk beribadah (qiyamullail). Karena sesungguhnya bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia, sumber segala rahmat dan kebaikan. Allah memberi keberkahan dan maghfirah. Para Malaikat turun untuk ikut memanjatkan do'a dan pujian agar manusia memperoleh ampunan. Semua pintu kebaikan dibuka lebar-lebar serta semua setan "dibelenggu." Rasulullah mengkhususkan bulan ini sebagai bulan untuk beribadah melampaui bulan-bulan lainnya. Demikian juga para sahabat, mereka saling bergegas dalam amal-amal kebaikan semata-mata mengharap ridha Allah SWT.
Pada zaman Rasulullah para sahabat berlomba mengkhatamkan bacaan al-Qur’an, terutama pada bulan Ramadhan. Ada yang khatam dalam satu hari (tetapi kemudian dilarang oleh Rasulullah), tiga hari, seminggu, dan satu bulan. Jadi sahabat Rasulullah yang paling “malas” membaca al-Qur’an adalah mereka yang “hanya” bisa khatam dalam satu bulan. Mari kita mencoba melihat diri kita masing-masing. Betapa ternyata untuk meniru sabahat Nabi yang paling malas sekali pun adalah sangat susah. Jangankan satu bulan, seorang teman saya (yang sudah bergelar master dan menjadi dosen di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) dengan bangga mengatakan, “saya sampai setua ini belum pernah khatam membaca al-Qur’an.” Naudzubillahi min dzalik.
* * *
Pembaca! Kalau penyakit "rakus dan tamak" menimpa seseorang, akibat dan bahayanya bukan hanya terbatas pada lingkungan kecil tetapi lambat laun akan merambat dalam kehidupan berbangsa sehingga akan menimbulkan semangat kapitalisme yang kemudian bersifat ekspansif, yaitu mengeksploitasi milik orang lain akibat sifat serakahnya tersebut. Sehingga benar apa yang disinyalir Imam Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin-nya bahwa bencana paling besar dalam kehidupan manusia adalah nafsu perut.
Kalau kita melaksanakan puasa, kita akan mengadaptasi diri kita dengan mereka yang berekonomi lemah yang sering merasakan haus dan lapar, sehingga akan timbul rasa kasih sayang dan ketajaman rasa sosial yang akan menjadi pengalaman rohani tersendiri. Mungkinkah kasih sayang tidak tumbuh ketika pemandangan itu terjadi di depan mata kita?
Dalam batas yang paling rendah; setidak-tidaknya kehausan dan kelaparan yang diakibatkan puasa tersebut akan mengingatkan kita pada kaum fakir miskin sehingga termanifestasi dengan sedekah yang banyak sebagai tindakan konkrit dari rasa solidaritas sosial yang nantinya akan menjembatani antara the have dan the have not yang pada titik akhirnya akan tercipta sumber daya manusia yang mempunyai etika dan kepekaan sosial yang tinggi.
Masih banyak hikmah-hikmah lain yang bisa kita petik intisarinya dari pelaksanaan puasa. Semoga bukan hanya sekedar idealisme belaka, melainkan sebuah realitas sepanjang masa setelah menjalani Ramadhan.
Semoga saja kita dapat menjadikan Ramadhan nanti sebagai wadah penggemblengan mental sehingga tercipta kontrol diri yang baik yang akan meluas dampaknya ke masyarakat sehingga puasa bukan hanya memperoleh lapar dan haus saja, agar kita tidak tergolong orang-orang yang disinyalir Nabi SAW :
"Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi dia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus."
Tapi kita berharap dengan puasa disamping hikmah yang dikandungnya, yang paling penting adalah semua semata-mata pengabdian kita kepada Allah SWT.
*) Adalah guru & wali kelas VA SDIT Muhammadiyah al-Kautsar Gumpang Kartasura serta pengelola www.gurugo.blogspot.com
Posting Komentar
Anda merasa mendapatkan KEBAIKAN dari postingan ini? SILAHKAN BERKOMENTAR secara santun, bijak, dan tidak menghakimi. TERIMAKASIH telah sudi meninggalkan komentar di sini. Semoga hidup Anda bermakna. amin...