Anak adalah investasi masa depan bagi orangtua. Oleh karena itu jika tidak dipersiapkan betul bisa-bisa malah merugikan orangtuanya. Sebagaimana kita berinvestasi di dunia bisnis, seperti itulah kita menginvestasikan anak kita. Orang yang menginvestasikan uangnya di dunia bisnis pasti akan berhati-hati. Ia sangat khawatir jikalau uangnya akan menguap tanpa hasil.
Jika menginvestasikan uang saja kita mesti berhati-hati, mestinya kita akan berlaku ekstra dalam menginvestasikan anak kita. Kita akan berusaha agar uang yang kita keluarkan untuknya (sejak ia dalam kandungan sampai tua) tidak “menguap” sia-sia begitu saja.
Orangtua yang tidak peduli dengan anaknya berarti menghendaki kehancuran diri dan keluarganya. Ia rela mendapatkan kehancuran di dunia dan di akherat. Betapapun ia banting tulang mencari uang untuk anak-anaknya, tanpa secuilpun memberikan perhatian dan kasih sayang pada anaknya, ia pasti menuai kekecewaan di kemudian hari.
Betapa sesungguhnya sang anak tidak hanya butuh uang. Anak tidak hanya butuh materi saja. Tetapi anak butuh segala-galanya dari orangtuanya. Terutama perhatian dan kasih sayang. Sangat disayangkan jika ada orangtua yang berangkat kerja di saat anaknya masih tidur dan pulang kerja di saat anaknya sudah tertidur. Kapan rasa haus akan kasih sayang sang anak akan terobati ?
Gerusan Zaman
Zaman sudah semakin tua. “Kiamat sudah dekat”, begitu kata Dedy Miswar. Ungkapan Dedy Miswar ini memang sejalan dengan sabda Nabi: “Diutusnya aku sebagai Nabi dengan datangnya Hari Kiamat itu seperti ini (beliau mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya).” Kalau Rasul saja sudah bersabda demikian pada seribu empat ratus tahun yang lalu, mestinya saat ini Kiamat sudah tinggal “beberapa hari lagi”.
Banyak sudah tanda-tanda Kiamat yang bermunculan satu demi satu. Kemungkaran yang merajalela tetapi justru didukung. Semangat menjalankan ajaran Islam tetapi justru ditentang dan dicela. Sebagaimana yang diterangkan oleh Rasulullah tentang Dajjal. Bahwa api yang dibawa Dajjal justru akan diikuti umat manusia karena dikira air. Dan air yang dibawanya justru akan dijauhi karena dikira api.
Betapa banyak bayi yang lahir dari rahim yang tidak semestinya. Betapa banyak anak yang tidak mengenal siapa bapaknya. Betapa banyak orang yang berbuat dholim tetapi bebas berkeliaran. Betapa banyak anak-anak yang dewasa sebelum saatnya. Terutama kedewasaan nafsu seksualnya.
Dulu kita mudah menemukan orang yang baik akhlaqnya. Dulu kita dengan mudah mendapatkan keramahan orang lain. Tetapi sekarang mendapatkan kemarahan lebih mudah daripada seulas senyuman. Mendapatkan bogem mentah lebih gampang daripada belaian kasih sayang.
Proteksi
Jika dunia sudah seperti ini, apakah kita rela membiarkan anak-anak kita jalan-jalan ke mall tanpa pendampingan? Apakah kita membiarkan anak-anak kita menonton TV sehingga ia diterkam rusaknya budaya dan ajaran yang disiarkan? Apakah kita membiarkan anak kita bermain dengan teman-temannya yang rusak akhlaqnya?
Rumah adalah benteng akhlaq sebuah keluarga. Jika kita menanam kejelekan, kejelekanlah yang akan kita tuai. Jika kita menanam akhlaq mulia, begitulah pula yang akan kita dapatkan. Jika benteng ini sudah hancur, musuh dari manapun akan bebas keluar dan masuk rumah kita.
Oleh karena itu yang perlu dilakukan oleh orangtua adalah:
1. Senantiasa mengontrol sholatnya. Karena sholat adalah perisai diri.
2. Arahkan bagaimana bergaul dan memilih teman yang baik. Hendaknya kita selalu mengontrol siapa teman bermainnya di luar.
3. Temani jika ia pergi ke supermarket atau mall. Karena keramaian adalah tempat yang sangat rawan.
4. Kontrollah selalu isi tas atau kamar pribadinya. Tapi lakukanlah hal ini diluar sepengetahuannya.
5. Temani ia dalam menonton TV dan batasilah jam menontonnya. Jangan lupa buatlah peraturan kapan boleh nonton dan kapan TV harus mati.
6. Jangan pernah lupa berdo’a kepada Allah agar kita dikaruniai anak-anak yang sholih dan sholihah.
Mari selamatkan anak-anak kita dengan.cinta dan kasih sayang. Dekap erat mereka dalam kehangatan pangkuan. Jangan lepaskan! Sebelum mereka tahu ini baik dan ini buruk. Ini tercela dan ini mulia. Ini berbuah dosa dan ini berpahala. Ini membawa ke neraka dan ini membawa ke syurga. Semoga. Amiiin.
+ Komentar + 2 Komentar
Saya setuju dengan isi tulisan tersebut. Dewasa ini semakin banyak anak-anak yang menjadi yatim secara psikologis karena orangtuanya amat sibuk mengejar mimpi-mimpinya dan lupa untuk mengajak anak bermimpi dan mendukung anak untuk meraih mimpinya.
Terima kasih atas komentarnya. Semoga kita bisa mendidik dan menjaga anak-anak kita menjadi lebih baik. Amiinn.
Posting Komentar
Anda merasa mendapatkan KEBAIKAN dari postingan ini? SILAHKAN BERKOMENTAR secara santun, bijak, dan tidak menghakimi. TERIMAKASIH telah sudi meninggalkan komentar di sini. Semoga hidup Anda bermakna. amin...