Apakah sajakah virus pemikiran yang menyerang ummat Islam tersebut? Diantaranya adalah yang dikenal dengan sebutan SIPILIS atau Sekulerisme Pluralisme dan Liberalisme. Sebenarnya di kalangan ummat kristiani pemikiran bercorak sipilis ini sudah lama menyerang mereka, tetapi bagi kalangan Islam virus ini mulai menyebar di Indonesia pada era 70-an.
Berbicara tentang sekularisme di Indonesia sulit dilepaskan dari nama Nurcholis Madjid yang pada tanggal 2 Januari 1970 meluncurkan gagasannya dalam diskusi yang diadakan oleh HMI, PII, GPI, dan Persami, di Menteng Raya 58. Ketika itu, Nurcholish meluncurkan makalah berjudul “Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat”. Gagasan itu kemudian diperkuat lagi dengan pidatonya di Taman Ismail Marzuki Jakarta, pada tanggal 21 Oktober 1992, yang dia beri judul "Beberapa Renungan tentang Kehidupan Keagamaan di Indonesia". Setelah itu, berjubellah para propagandis sekularisasi di Indonesia.
Akan tetapi jauh sebelum Nurcholis Madjid melontarkan idenya tentang sekularisme, Pada tahun 1930-an, Soekarno yang ketika itu belum menjadi Presiden sudah menulis beberapa artikel yang mendukung sekularisasi yang dilakukan Musthafa Kemal Attaturk di Turki. Dalam Majalah Pandji Islam nomor 12 dan 13 tahun 1940, Soekarno menulis sebuah artikel berjudul “Memudakan Islam”. Menurut Soekarno langkah-langkah sekularisasi yang dijalankan kemal Attaturk adalah tindakan “paling modern” dan “paling radikal”. Katanya: “Agama dijadikan urusan perorangan. Bukan Islam itu dihapuskan oleh Turki, tetapi Islam itu diserahkan kepada manusia-manusia Turki sendiri, dan tidak kepada negara. Maka oleh karena itu, salahlah kita kalau kita mengatakan bahwa Turki adalah anti-agama, anti-Islam. Salahlah kita, kalau kita samakan Turki itu dengan, misalnya, Rusia.”
Inti pokok virus ini adalah upaya mereka untuk berusaha memisahkan antara urusan agama dengan urusan dunia. Bagi mereka agama adalah urusan privat, jadi jangan dicampur adukkan dengan urusan dunia. Karena urusan private ini pulalah Negara tidak berhak untuk campur tangan terhadap urusan agama ini. Oleh karena itu salah satu hal yang dikampanyekan oleh mereka adalah mengharamkan penerapan syariat Islam dalam berpolitik.
Dampak dari Sekularisme ini sudah mulai tampak di Amerika. Banyak sekali orang-orang yang merasa kering dengan kehidupannya. Mereka merasa ada sesuatu yang hilang dan hampa dalam hidup mereka. Akhirnya maraklah acara-acara berbau spiritual seperti Yoga dan sejenisnya. Beruntunglah bagi Islam yang menyatukan antara agama dan dunia. Bekerja tidak bisa dipisahkan dengan berdo’a. Setiap aktivitas duniawi juga tidak pernah lepas dengan agama.
Virus berikutnya adalah Pluralisme. Yakni paham yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama. Masing-masing agama bertujuan pada satu Tuhan, meskipun dengan cara penyebutan yang berbeda-beda. Orang Kristen menyebutnya Yesus, islam menyebutnya Allah, Yahudi menyebtunya Yahweh, dan seterusnya. Abdul Munir Mulkhan (tokoh Muhammadiyah yang Liberal) mengatakan: Jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga Tuhan yang satu itu sendiri terdiri banyak pintu dan kamar. Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap agama memasuki kamar surganya. Syarat memasuki surga ialah keikhlasan pembebasan manusia dari kelaparan, penderitaan, kekerasan dan ketakutan, tanpa melihat agamanya. Inilah jalan universal surga bagi semua agama. Dari sini kerjasama dan dialog pemeluk berbeda agama jadi mungkin.
Ini adalah paham yang merusak semua agama. Tidak hanya Islam yang berteriak menentang paham ini. Kristen sendiri merasa terancam dengan paham Pluralisme ini. Karena paham ini menghilangkan identitas masing-masing agama. Karena menurut paham ini apapun agamanya asalkan mengajak kepada kebaikan (humanis) maka itu harus didukung. Sebaliknya jika ada agama yang mengajak kepada perang (tidak humanis) antar manusia maka itu harus ditentang. Jadi baik dan tidak suatu agama diukur dari sudut pandang manusia, bukan dari sudut pandang Tuhan.
Virus berikutnya yang tidak kalah berbahayanya adalah Liberalisme. Paham ini adalah paham yang paling berbahaya diantara ketiga paham di atas. Liberalisme menurut Hasyim Muzadi (Ketua PBNU) adalah paham sak karepe dewe. Ia tidak memakai kaidah sama sekali. Tidak memakai landasan dalil. Semua hasil pemikiran orang-orang Liberal adalah hasil dari otak-atik akal mereka. Ambillah salah satu contoh produk pemikiran mereka, yakni tentang hak waris.
Menurut mereka mestinya hak waris bagi lelaki dan perempuan bukanlah satu dibanding dua. Mestinya tidak ada diskriminasi gender. Semua harus mendapatkan hak yang sama yakni satu banding satu. Mereka lalu mengambil sebuah kasus di sebuah keluarga yang suaminya hanya tinggal di rumah ngeteti burung sedangkan istrinya bekerja di luar. Bagaiman bias dianggap adil jika suami yang hanya ngeteti burung mendapatkan dua bagian sedangkan sang istri yang capek dan lelah justru hanya mendapatkan separuhnya?
Ayat-ayat dalam al-Qur’an yang jelas-jelas qath’y dibuat menjadi dzanny. Sebaliknya ayat-ayat yang dzanny dibuat menjadi qath’y. Lebih parah lagi adalah gerakan de-sakralisasi al-Qur’an. Sebagaimana dilaporkan Majalah GATRA edisi 7 Juni 2006, pada 5 Mei 2006, Sulhawi Ruba (51 tahun), dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, di hadapan 20 mahasiswa Fakultas dakwah, menerangkan posisi al-Qur'an sebagai hasil budaya manusia. "Sebagai budaya, posisi al-Qur'an tidak berbeda dengan rumput," ujarnya. Ia lalu menuliskan lafadz Alloh pada secarik kertas sebesar telapak tangan dan menginjaknya dengan sepatu. "Al-Qur'an dipandang sacral secara substansi, tapi tulisannya tidak sacral," katanya setengah berteriak, dengan mata yang sedikit membelalak.
Siapakah di belakang penyebaran virus-virus ini? Jawaban yang pasti adalah orang-orang kafir Barat.
Dengan berbagai cara barat menjejalkan paham-paham dan kebudayaan yang mereka miliki kepada Islam. Sehingga apa yang sesuai dengan barat, itulah yang dianggap baik dan universal. Selain itu maka ia adalah pembangkang. Dari mulai makanan, minuman, sampai gaya hidup dijejalkan kepada orang Islam agar ditiru. Anak-anak kecil kita jika minum Coca Cola, Sprite, Fanta pasti merasa aneh, tetapi hal itu tidak aneh bagi anak-anak Barat yang memang sudah terbiasa minum alcohol.
Negara-negara Barat juga sangat mendukung paham-paham tersebut, dengan memberikan sokongan dana melalui yayasan-yayasan seperti Ford Foundation, Asia Foundation, Sorosh Foundation, dan sebagainya. Umat Islam yang tidak setuju dengan gerakan ini, dimasukkan ke dalam golongan Islam Radikal, yang dibuat image seakan-akan golongan ini adalah kelompok fundamentalis, militan, yang dekat dengan teroris. (guruGO.blogspot.com)
Posting Komentar
Anda merasa mendapatkan KEBAIKAN dari postingan ini? SILAHKAN BERKOMENTAR secara santun, bijak, dan tidak menghakimi. TERIMAKASIH telah sudi meninggalkan komentar di sini. Semoga hidup Anda bermakna. amin...