Saya adalah peserta audisi film Ketika Cinta Bertasbih di Jogjakarta dan di Semarang. Saat ikut audisi di Jogjakarta saya benar-benar tidak menyangka bahwa nasib saya ditentukan oleh waktu hanya 3 menit. Ketika itu dari kelompok saya (peserta audisi dikelompokkan, yang masing-masing kelompok terdiri atas 10 orang) diambil 3 orang untuk lolos pada babak berikutnya.
Waktu itu saya tidak tahu kenapa saya tidak lolos pada babak pertama. Saya hanya berpikir, barangkali karena saat itu saya belum sempat berakting mengingat waktu yang tiba-tiba saja habis. Tapi saya juga bingung, di kelompok saya ada 2 orang yang pandai berakting tetapi tidak juga lolos. Sehingga saya pun bertanya-tanya, lalu kriteria penilaian yang dilakukan oleh Zak Sorga dkk apa?
Karena penasaran, saya pun ikut lagi di Semarang. Dengan bersusah payah menjangkau Masjid Agung Jawa Tengah (yang letaknya sulit dijangkau itu) saya bercita-cita meramaikan film ini. Siapa tahu wong ndeso seperti saya bisa jadi bintang film. Tapi lagi-lagi saya tidak lolos audisi yang di Semarang ini. Padahal saya sudah maksimal dalam berakting dan bahkan dengan property yang saya persiapkan. Anif dkk hanya meloloskan 2 orang dari kelompok saya yang di Semarang ini.
Setelah keluar dari kompleks Masjid saya baru menemukan jawaban yang mudah-mudahan tepat. Ternyata juri audisi hanya memilih mereka-mereka yang cantik dan tampan saja. Tidak peduli apakah ia bisa berakting ataukah tidak. Nyatanya 3 orang yang lolos dari kelompok saya di Jogja biasa-biasa saja aktingnya, sedangkan yang bagus aktingnya justru tidak lolos (karena memang kebetulan tidak cantik). 3 orang tersebut adalah dua mahasiswi CANTIK dan seorang mahasiswa TAMPAN dari kampus di Jogja.
Sedangkan 2 orang yang lolos di Semarang adalah 2 COWOK TAMPAN. Untuk yang satu memang layak lolos, karena bisa berakting. Tetapi cowok yang satu bahkan bicara pun gagap dan terbata-bata, tapi lagi-lagi karena ia tampan maka ia pun lolos.
So, bagi kamu-kamu yang pingin ikutan audisi film ini and kebetulan terlahir dengan takdir tidak nice looking, jangan bermimpi bisa lolos audisi. Tapi jika kamu kok berwajah tampan or cantik, maju saja pasti dipertimbangkan. Meskipun kamu tidak bisa berakting sekalipun.
Kesimpulan saya, ternyata tidak ada bedanya film islami dengan film non islami. Semuanya bermuara pada eksploitasi fisik. Bagi yang berpenampilan menarik silahkan berbahagia dan yang biasa-biasa saja silahkan jangan jadi artis. Apa betul begitu Kang Abik?
Salam,
Peserta Audisi Jogja dan Semarang.
Waktu itu saya tidak tahu kenapa saya tidak lolos pada babak pertama. Saya hanya berpikir, barangkali karena saat itu saya belum sempat berakting mengingat waktu yang tiba-tiba saja habis. Tapi saya juga bingung, di kelompok saya ada 2 orang yang pandai berakting tetapi tidak juga lolos. Sehingga saya pun bertanya-tanya, lalu kriteria penilaian yang dilakukan oleh Zak Sorga dkk apa?
Karena penasaran, saya pun ikut lagi di Semarang. Dengan bersusah payah menjangkau Masjid Agung Jawa Tengah (yang letaknya sulit dijangkau itu) saya bercita-cita meramaikan film ini. Siapa tahu wong ndeso seperti saya bisa jadi bintang film. Tapi lagi-lagi saya tidak lolos audisi yang di Semarang ini. Padahal saya sudah maksimal dalam berakting dan bahkan dengan property yang saya persiapkan. Anif dkk hanya meloloskan 2 orang dari kelompok saya yang di Semarang ini.
Setelah keluar dari kompleks Masjid saya baru menemukan jawaban yang mudah-mudahan tepat. Ternyata juri audisi hanya memilih mereka-mereka yang cantik dan tampan saja. Tidak peduli apakah ia bisa berakting ataukah tidak. Nyatanya 3 orang yang lolos dari kelompok saya di Jogja biasa-biasa saja aktingnya, sedangkan yang bagus aktingnya justru tidak lolos (karena memang kebetulan tidak cantik). 3 orang tersebut adalah dua mahasiswi CANTIK dan seorang mahasiswa TAMPAN dari kampus di Jogja.
Sedangkan 2 orang yang lolos di Semarang adalah 2 COWOK TAMPAN. Untuk yang satu memang layak lolos, karena bisa berakting. Tetapi cowok yang satu bahkan bicara pun gagap dan terbata-bata, tapi lagi-lagi karena ia tampan maka ia pun lolos.
So, bagi kamu-kamu yang pingin ikutan audisi film ini and kebetulan terlahir dengan takdir tidak nice looking, jangan bermimpi bisa lolos audisi. Tapi jika kamu kok berwajah tampan or cantik, maju saja pasti dipertimbangkan. Meskipun kamu tidak bisa berakting sekalipun.
Kesimpulan saya, ternyata tidak ada bedanya film islami dengan film non islami. Semuanya bermuara pada eksploitasi fisik. Bagi yang berpenampilan menarik silahkan berbahagia dan yang biasa-biasa saja silahkan jangan jadi artis. Apa betul begitu Kang Abik?
Salam,
Peserta Audisi Jogja dan Semarang.
+ Komentar + 2 Komentar
Semoga ada hikmahnya. Katanya menjadi artis pendatang baru banyak sakit hatinya karena honornya tidak sebesar yang dibayangkan.
Amin. Memang begitu, bahkan ada juga yang setelah dinyatakan lolos malah mengundurkan diri karena honornya sangat "menghina". :)
Posting Komentar
Anda merasa mendapatkan KEBAIKAN dari postingan ini? SILAHKAN BERKOMENTAR secara santun, bijak, dan tidak menghakimi. TERIMAKASIH telah sudi meninggalkan komentar di sini. Semoga hidup Anda bermakna. amin...