“Belajarlah niat, karena niat lebih penting daripada amal …Berapa banyak amal yang remeh menjadi besar gara-gara niat dan berapa banyak amal yang besar menjadi remeh gara-gara niat.”
Demikian para ulama menasehati kita tentang urgensi niat dalam setiap aktivitas kita. Tanpa niat, amal yang kita lakukan akan sia-sia. Dengan niat pun, kalau salah dalam meniatkan, pasti akan merusak pahala amal kita. Tentu kita masih ingat bagaimana diseretnya tiga golongan orang ke dalam neraka karena salah menata niat. Mereka adalah orang yang berjihad di jalan Allah, tetapi ingin disebut pahlawan; orang yang pandai membaca al-Qur'an tetapi ingin disebut qari'; dan orang yang suka berderma, tetapi ingin disebut dermawan.
“’Dalam persetubuhan salah seorang di antara kalian terdapat shadaqah’. Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan birahinya dan dia mendapat pahala karenanya?’ Beliau menjawab, ‘Bagaimana menurut kalian jika dia meletakkannya pada yang haram, apakah dia mendapat dosa? Begitu pula jika dia meletakkannya pada yang halal, maka dia mendapat pahala’.” (HR. Muslim)
Setelah kita menata niat kita, maka hal berikutnya yang perlu kita benahi adalah tentang keikhlasan dalam beramal. Jika niatnya bagus, amalnya bagus tetapi tidak disertai dengan keikhlasan, maka hal ini akan menghambat pahala dari Allah.
Ungkapan ini sejalan dengan sabda nabi SAW: “Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhaan-Nya semata.” (HR. Abu Daud dan Nasa’i).
Sekarang mari kita mencoba menarik masalah ini ke forum mulia ini. Ada beberapa macam niat orangtua dalam menyekolahkan anaknya di SDIT Muhammadiyah al-Kautsar. Diantaranya karena kepraktisan (sekolah sekalian titip anak), ingin 'bebas' dari anaknya, ingin pamer, ingin anaknya pandai dunia-akherat, dan lain sebagainya.
Orangtua yang mempunyai niat 'sekedar' titip anak, maka ia pun hanya akan mendapatkan hal itu. Tetapi jika ia meniatkan agar anaknya kelak menjadi pribadi yang smart and sholih, maka itulah yang mudah-mudahan akan didapatkannya. Dan, selain mendapatkan anak yang sesuai dengan harapannya, ia pun akan mendapatkan pahala dari Allah karena memberikan pendidikan yang terbaik buat anaknya.
Orangtua yang 'sekedar' titip anaknya ke sekolah akan sangat puas jika ia mendapati anaknya 'dirawat' dengan baik di sekolah. Meskipun belajarnya amburadul dan prestasinya jeblok. Ia lebih memilih marah melihat merahnya telinga anaknya akibat dijewer gurunya daripada melihat merahnya angka di raport anaknya.
Sebaliknya orangtua yang serius memberikan pendidikan terbaik untuk anaknya akan selalu mengontrol perkembangan pendidikannya. Ia tidak begitu peduli jika anaknya pulang dengan kulit yang membiru atau menghitam asalkan nilai di raport anaknya juga membiru atau menghitam.
Akhirul kalam, marilah dari sekarang kita belajar menata niat kita. Karena niat lebih penting daripada amal. Rasulullah SAW bersabda:
“Allah Azza wa Jalla berfirman, “Jika hamba-Ku hendak mengerjakan suatu keburukan, maka janganlah kalian (para malaikat) menulisnya sebagai dosa hingga dia mengerjakannya. Jika sudah mengerjakannya, maka tulislah satu dosa yang sama dengannya, dan jika dia meninggalkannya karena Aku, maka tulislah satu kebaikan baginya. Dan, jika dia hendak mengerjakan satu kebaikan namun belum mengerjakannya, maka tulislah satu kebaikan baginya. Jika dia sudah mengerjakannya, maka tulislah baginya sepuluh (pahala) kebaikan yang serupa dengannya hingga tujuh ratus kebaikan”. (Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim)
“Barangsiapa menghampiri tempat tidurnya, sedang dia berniat hendak bangun untuk shalat dari sebagian waktu malam, namun dia tertidur hingga pagi hari, maka ditetapkan baginya seperti yang diniatkannya, dan hal itu merupakan shadaqah atas dirinya dari Rabbnya.”
Wallahu a'lamu bish-showaab.
*) Materi disampaikan pada acara pertemuan Wali Murid Baru SDIT Muhammadiyah al-Kautsar. Sabtu, 26 April 2008.
(www.gurugo.blogspot.com)
Posting Komentar
Anda merasa mendapatkan KEBAIKAN dari postingan ini? SILAHKAN BERKOMENTAR secara santun, bijak, dan tidak menghakimi. TERIMAKASIH telah sudi meninggalkan komentar di sini. Semoga hidup Anda bermakna. amin...