Sore ini (06/11/13) saya kedatangan tamu, minta
diruqyah. Memang, dua hari yang lalu dia nelpon saya. Saya pun penasaran,
darimana tahu nomor saya? Katanya dari website di internet. Awalnya dia hendak
mengajak istrinya sekalian untuk silaturrahim ke rumah saya. Tapi karena saya
minta untuk berdialog saja dulu maka dia pun datang sendirian, mampir dari
pulang kerja.
Jujur saja, saya tidak pernah
meruqyah. Meskipun saya tahu betul teorinya dan apa saja bacaan yang perlu
diucapkan dalam ruqyah. Namun saya sama sekali tidak tertarik untuk menjadi
peruqyah. Godaannya cukup besar. Seorang ustadz di kabupaten sebelah pun gagal
membawa diri, akhirnya dipenjara gara-gara ruqyah. Masalahnya cukup mengerikan,
dia dituduh melakukan tindakan tidak senonoh saat meruqyah seorang gadis.
Sebenarnya sebelum kejadian, sang
peruqyah tersebut sudah diperingatkan oleh teman-temannya yakni jangan sampai
meruqyah tanpa didampingi, baik oleh mahram pasien maupun oleh teman yang lain.
Namun rupanya justru dia sendiri yang sudah termakan syetan. Dia pun meruqyah
gadis tersebut di kamar dalam keadaan terkunci dan hanya mereka berdua di dalam
kamar. So apa yang ditakutkan pun terjadi. Sang gadis melaporkan sang peruqyah
dengan tuduhan berbuat tidak senonoh.
Sebelum itu pun, nurani saya melarang
saya untuk melakukan ruqyah. Kesan yang muncul bagi saya, seolah-olah peruqyah
itu seperti dukun sakti yang disegani oleh para pasien. Dan akhirnya dia pun
ditakuti oleh masyarakat. Kalau sudah begitu, mau berbuat apa pun biasanya
tidak ada yang berani melawan. Inilah yang saya takutkan. Sebelum lelaki ini
datang ke sini, pernah juga saya diminta meruqyah beberapa orang. Tetapi selalu
saya lemparkan ‘job’ ini ke orang lain. Atau kalau tidak, saya beri saja dia
bacaan-bacaan surah pilihan agar meruqyah dirinya sendiri.
Nah, lelaki ini aneh juga. Belum
mengenal saya sebelumnya tetapi tiba-tiba minta saya untuk meruqyahnya. Dan
website yang mencantumkan nomor hape saya pun tidak ada hubungannya dengan
ruqyah meruqyah. Maka bertambah aneh saja pertemuan ini. Namun saya pun tak
kuasa menolak. Bahkan saya sangat bersenang hati, karena siapa tahu dia bisa
menjadi kader dakwah yang memperkuat barisan ini.
Pertama, saya minta dia untuk
memperkenalkan diri secara detail. Lalu kedua saya bertanya tentang apa
motivasi utamanya minta diruqyah. Ternyata, motivasinya adalah murni masalah
dunia. Dia mengaku usahanya tidak pernah lancar, karena itu dia sekarang
menanggung hutang yang sangat besar di bank. Dia juga sering berselisih dengan
istrinya. Dan sebagainya.
Maka saya pun menjelaskan panjang
lebar. Bahwa ruqyah bukanlah obat untuk berbagai macam penyakit. Ruqyah dipakai
ketika seseorang terkena gangguan jin, baik dia tidak sadar (seperti hilang
ingatan) ataupun dia sadar namun bermalas-malasan menjalankan ibadah mahdhah.
Maka ketika seseorang sering bermalas-malasan untuk shalat berjama’ah di
masjid. Gagal terus ketika hendak tilawah al-Qur’an dengan berbagai macam
alasan. Selalu batal ketika akan berbuat baik, maka orang seperti ini bisa saja
diruqyah.
Namun kalau masalah-masalah duniawi, seperti usaha
yang tidak lancar, keluarga yang tidak harmonis, dan sebagainya tentu saja
tidak bisa diselesaikan dengan ruqyah. Bahkan yang lebih aneh lagi ada
seseorang yang jelas-jelas sakit medis tapi minta diruqyah. Inilah yang namanya
salah obat. Maka memang harus mendeteksi alias mendiagnosa jenis penyakit secara jelas. Apakah
dia sakit medis ataukah magis. Kalau sakitnya medis ya jelas harus dibawa ke
dokter atau ke rumah sakit. Kalau sakitnya magis, ini baru diruqyah. #teringat seorang kader dari Margoyoso Pati yang sakit kangker tetapi malah diruqyah, semoga Alloh menerima amal ibadahnya dan mengampuni dosa-dosanya. Amin...
Posting Komentar
Anda merasa mendapatkan KEBAIKAN dari postingan ini? SILAHKAN BERKOMENTAR secara santun, bijak, dan tidak menghakimi. TERIMAKASIH telah sudi meninggalkan komentar di sini. Semoga hidup Anda bermakna. amin...