Inilah yang
sering digembar-gemborkan oleh sebagian orang yang menuhankan akal mereka.
Mereka menjadikan kisah Nabi Ibrahim dalam menemukan Tuhan sebagai bemper alias
pembenar bahwa kita harus menuhankan akal kita. Benarkah Nabi Ibrahim berhasil
menemukan Tuhan karena menggunakan akal beliau? Coba kita simak secara lengkap dan
teliti ayat-ayat Alloh yang berbicara tentang kisah Sang Nabi Bapak Tauhid ini
dalam “menemukan” Tuhan.
“Ketika malam
telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:
"Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:
"Saya tidak suka kepada yang tenggelam".
Kemudian
tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku".
Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku
tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang
sesat".
Kemudian
tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini
yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata:
"Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan.
Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan. QS. Al-An’am (6): 76-79
Kalau kita
baca secara sekilas ayat-ayat di atas memang seolah-olah Nabi Ibrahim sukses
menemukan tuhannya karena mengoptimalkan akalnya. Namun, sangat aneh jika
seseorang bisa mendapatkan hidayah HANYA karena ia menggunakan akal. Hidayah
itu milik Alloh, dan akan diberikan kepada siapa saja YANG DIKEHENDAKINYA. Artinya
jika Nabi Ibrahim mendapatkan hidayah HANYA karena menggunakan akal maka ini
bertentangan dengan firman Allah. Lihatlah firman Allah berikut ini:
“DIA MEMBERI
HIDAYAH kepada siapa yang DIKEHENDAKI-Nya ke jalan yang lurus.” QS. Al-Baqarah
(2): 142
Dan Allah
selalu memberi petunjuk orang yang DIKEHENDAKI-Nya kepada jalan yang lurus. QS.
Al-baqarah (2):213
Bukanlah
kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang
memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang DIKEHENDAKI-Nya. QS. Al-Baqarah
(2): 272
Itulah
petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang DIKEHENDAKI-Nya
di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya
lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. QS. Al-An’am (6):88
Barang siapa
yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang
siapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi. QS.
Al-A’raaf (7):178
Dan masih
banyak lagi ayat yang menyatakan bahwa datangnya hidayah itu atas kehendak
Allah, BUKAN atas kehendak manusia sendiri. Dan ternyata isyarat itupun sudah
ditangkap oleh Nabi Ibrahim sendiri. Lihatlah di ayat itu terselip pernyataan Nabi
Ibrahim bahwa ia menemukan tuhan adalah karena hidayah Allah. Ibrahim mengatakan,
“"Sesungguhnya JIKA TUHANKU TIDAK MEMBERI HIDAYAH kepadaku, PASTILAH aku
termasuk orang-orang yang SESAT".
Jadi amat
sangat salah jika seseorang menggunakan kisah keberhasilan Ibrahim dalam
menemukan Tuhan adalah berkat akalnya, bukan berkat hidayah Allah. Dan
seharusnya, jika hanya akal yang berguna untuk keimanan seseorang, mestinya Fir’aun
dan Qarun pun beriman kepada Allah dan Nabi Musa karena secara akal ia tidak
bisa menolak hujjah dan mukjizat Nabi Musa. Demikian juga dengan Abu Lahab dan
kawan-kawan. Meski kebenaran Muhammad sangat ma’kul dan bahkan maktub dalam
kitab sebelumnya, mengapa mereka tidak beriman? Karena mereka belum dapat
hidayah Allah. Dan bahkan paman Nabi sendiri pun gagal diislamkan sampai-sampai
nabi pun bersedih, sehingga diingatkan oleh Allah:
“Sesungguhnya
kamu TIDAK AKAN DAPAT memberi HIDAYAH kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang DIKEHENDAKI-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. QS. Al-Qashash (28):56
Persoalan ini
lebih jelas ketika di ayat-ayat yang lain Ibrahim juga mengakui bahwa ia telah
mendapatkan hidayah Allah, bukan karena penggunaan akalnya. Lihatlah ayat ini:
“Dan dia (Ibrahim)
dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantahku
tentang Allah, padahal sesungguhnya ALLAH TELAH MEMBERI HIDAYAH kepadaku. Dan
aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu
persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari
malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu
tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?” QS. Al-An’am (6): 80
Ibrahim
berkata: Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu
pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. QS. Maryam (19): 43
Dan
sesungguhnya telah Kami ANUGERAHKAN KEPADA IBRAHIM HIDAYAH kebenaran sebelum
(Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan) nya. QS. Al-Anbiyaa’
(21):51
Sekali lagi
dan sekali lagi, akal harus dipakai, namun jika akal sudah diletakkan di atas
perintah al-Qur’an itu berarti mengebiri al-Qur’an sekaligus menjadikan akal
sebagai tandingan sesembahan. Dengan kata lain siapa pun yang menolak perintah
Allah karena diangga tidak masuk akal, maka ia telah menuhankan akal alias
berbuat syirik. Naudzubillahi min dzalik…..!
+ Komentar + 1 Komentar
Ya betul, manusia hanyalah seorang hamba. hidayah itu datang dari Allah
Posting Komentar
Anda merasa mendapatkan KEBAIKAN dari postingan ini? SILAHKAN BERKOMENTAR secara santun, bijak, dan tidak menghakimi. TERIMAKASIH telah sudi meninggalkan komentar di sini. Semoga hidup Anda bermakna. amin...