Terjemahkan Blog Ini

Headlines News :
Home » , , , » Benarkah Kebenaran Hanya Milik Alloh?

Benarkah Kebenaran Hanya Milik Alloh?

Written By Guru GO on 06 Oktober 2010 | 12.35

Seringkali seseorang atau sebuah kelompok tidak mau dikatakan sesat dengan berdalih bahwa yang berhak memberikan stempel sesat hanyalah Alloh. Manusia tidak berhak menentukan apakah kelompok ini sesat atau lurus. Hanya Alloh yang tahu dan menentukan siapa yang sesat dan siapa yang berada di jalan yang benar.

Inilah yang disebut faham relativisme kebenaran. Faham ini menyatakan bahwa “kebenaran itu relative, tergantung siapa yang menyuarakan.” Inilah faham yang ditentang semua agama, terutama oleh agama Islam. Karena dengan faham ini, kebenaran dalam agama bisa dirusak oleh siapa saja semau mereka. Meskipun ia seorang yang ahli maksiat, seorang yang rusak akhlaq-nya bisa dengan mudah menyatakan kebenaran dalam versinya.


Agama yang paling getol menolak faham relativisme kebenaran ini adalah katolik. Berulang kali Vatikan memecat theolognya karena dianggap berseberangan dengan inti ajaran agama mereka. Kasus terkenal, misalnya, menimpa Prof. Jacques Dupuis SJ, seorang sarjana di Gregorian University Roma, yang diberi sanksi menyusul penerbitan bukunya yang berjudul Toward a Christian Theology of Religious Pluralism, (Maryknoll, NY Orbis, 1997).

Pada bulan Oktober 1998, Prof. Dupuis mendapatkan notifikasi dari Kongregasi untuk Ajaran Iman, Vatikan, yang menyatakan, bahwa ia “Tidak bisa dipandang sebagai seorang Teolog Katolik”. Surat ini ditandatangani oleh Kardinal Ratzinger yang sekarang menjabat sebagai Paus dengan gelar Benediktus XVI. Sebelum menjabat sebagai Paus, pada tahun 2004, juga masih mengeluarkan sanksi terhadap Roger Haight, seorang Yesuit Amerika, penulis buku Jesus Symbol of God, karena pandangan-pandangannya yang dianggap berbeda dengan ajaran Iman Katolik. (Lihat, Rm. Gregorius Tulus Sudarto Pr, Daftar Hitam Gereja Katolik, (Jakarta: Fidei Press, 2009), hal. 74-75.; juga John Cornwell, The Pope in Winter: The Dark Face of John Paul II’s Papacy, (London: Penguin Books, 2005), 193-194.).

Melalui institusi bernama Kongregasi untuk Ajaran Iman (Congregation pro Doctrina Fidei/CDF), Vatikan bertindak sangat aktif dalam memeriksa dan menjatuhkan sanksi kepada sejumlah Teolog Katolik yang dinilai “menyimpang”. John McNeil, seorang Jesuit yang menulis buku The Church and the Homosexual, diselidiki oleh Vatikan, dan akhirnya dikeluarkan dari Serikat Jesus karena mengkritik dokumen Gereja tentang homoseksualitas, tahun 1986. Tindakan disipliner juga diberikan kepada sejumlah Teolog lainnya.
Secara aktif, CDF memeriksa karangan-karangan para teolog dan melihat apakah karya-karya mereka sesuai dengan ajaran moral Gereja. Jika tidak sesuai, maka perutusan kanoniknya (missio canonica) ditarik kembali dan dia dinyatakan tidak lagi memunyai wewenang untuk mengajar atas nama Gereja sebagai seorang Teolog Katolik. (Rm. Gregorius Tulus Sudarto Pr, Daftar Hitam Gereja Katolik, hal. 154).

Kasus lain yang menarik perhatian internasional, misalnya, pernah menimpa Prof. Hans Küng, seorang teolog Katolik terkenal dari Jerman. Akibat berbagai sikap kritisnya terhadap Vatikan, maka pada 15 Desember 1979, Vatikan pun mengeluarkan sebuah statemen: “In his writing, Professor Küng deviates from complete truth of the Catholic belief. For this reason he cannot be regarded as a Catholic theologian as such.” (Lihat, Peter Hebblethwaite, The New Inquisition? Schillebeeckx and Küng, (London: Fount Paperbacks, 1980), hal. 158-166).

Paham Relativisme kebenaran memang meresahkan banyak pemuka agama. Paham ini telah menjadi virus global yang merusak dasar-dasar keimanan seseorang. Paus Benediktus XVI sendiri mengingatkan, bahwa Eropa saat ini sedang dalam bahaya besar, karena paham relativisme iman yang mendalam. (Lihat, Libertus Jehani, Paus Benediktus XVI, Palang Pintu Iman Katolik, (Jakarta: Sinondang Media, 2005). Bahkan, Paus juga menggelorakan semangat perlawanan terhadap paham ini melalui programnya: battling dictatorship of relativism. (Lihat, David Gibson, The Rule of Benedict. New York: HarperCollins Publisher, 2006).

Netral?
Pengikut Drs. Minardi Mursyid yang tergabung dalam YATAIN (Yayasan Tauhid Indonesia—saya lebih suka menyebutnya Yayasan Tauhid Ingkar Nabi) misalnya tidak mau disebut sesat meskipun mereka menolak Hadits Nabi sebagai sumber hukum. Mereka dengan pongahnya mengatakan bahwa yang berhak menilai sesat suatu kelompok hanyalah Alloh SWT semata. Manusia tidak berhak menilai sesat. Benarkah demikian?

Baginda Nabi kita tercinta, Rasulullah SAW pernah bersabda begini, “Ummatku tidak akan pernah bersepakat dalam kesesatan.” Ini adalah sabda yang luar biasa menurut saya. Sabda ini mengikis habis faham relativisme kebenaran yang sekarang sedang marak dimana-mana.

Meskipun ummat Islam tidak memiliki lembaga yang disepakati untuk menjaga agama ini, tetapi sabda Nabi dia atas cukup untuk menjadi pagar bagi kita. Memang sedari dulu ketika Nabi masih hidup maupun besok kelak ketika Hari Kiamat menjelang, ummat Islam tidak akan pernah bersepakat dalam kesesatan.

Umat Islam memiliki banyak kesepakatan akan kebenaran yang tidak mampu diubah oleh siapa pun sampai Kiamat. Misal, umat Islam yakin, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir; bahwa sumber hukum utama dalam Islam adalah al-Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas; bahwa shalat lima waktu adalah wajib; bahwa zina, babi, dan khamr adalah haram; bahwa haji dilaksanakan di Tanah Suci, bukan di Solo; bahwa berwudhu harus menggunakan air dan bukan menggunakan oli atau sabun cair; dan sebagainya.

Jika memang hanya Alloh saja yang berhak menilai kebenaran seseorang atau suatu kelompok berarti Alloh telah berbuat dzalim. Bukankah Alloh telah menyediakan surga bagi mereka yang berada di jalan lurus dan menyediakan neraka bagi mereka yang sesat? Jika Alloh saja yang berhak menilai kesesatan seseorang berarti kita kelak protes sama Alloh jika kita masuk neraka,

“Ya Alloh! Mengapa Engkau masukkan aku ke dalam neraka? Bukankah aku tidak tahu kalau yang aku lakukan itu sesat? Bukankah hanya Engkau yang tahu mana yang sesat dan mana yang benar?”

Memang, pada mulanya hanya Alloh sajalah yang mengetahui mana yang sesat dan mana yang benar. Tetapi Alloh sudah memberitahukan kepada kita lewat diutusnya para Rasul. Lewat Rasul-Rasul itulah Alloh memberitahukan kepada seluruh manusia (tidak terkecuali) mana jalan yang benar dan mana jalan yang sesat.

Jadi kalau masih saja ada orang yang tidak mau dikatakan sesat dengan berdalih bahwa hanya Alloh saja yang berhak menentukan sesat tidak seseorang maka biarlah kelak dia protes jika masuk neraka. Toh kita sudah memberikan peringatan kepadanya. Kita sudah menunjukkan bahwa dia sedang berada di jalan yang salah.

Dan lagi-lagi saya kutipkan ungkapan bagus dari Aa Gym, “Orang yang paling celaka adalah orang yang ketika ditunjukkan bahwa ada ular di belakangnya ia langsung memukul. Tetapi bukan ularnya, melainkan orang yang memberitahu.” Mestinya jika ada seseorang mengatakan bahwa ajaran yang kita ikuti itu sesat maka kita harus berterimakasih padanya karena dia telah berempati pada kita, bukannya malah marah-marah.

~~guruGO.blogspot.com~~
Share this post :

+ Komentar + 4 Komentar

Anonim
20 November 2010 pukul 13.39

pak gurublogspot yth,
kalau saya baca dari uraian diatas, bahwa pak gurugoblogspot menghubungkan judul diatas "Benarkah Kebenaran Hanya Milik Alloh?" dengan faham relativisme kebenaran yang didukung dengan bukti2 yang justru dari kasus agama lain. sejauh yg saya mengerti, memang kebenaran hanya milik Allah. mungkin antum juga pernah mengucapkan kalau usai ceramah : ..... kebenaran hanya milik Allah SWT , kalau ada kesalahan semata-mata dari saya dan setan.....dst" disini sudah cukup bukti pengakuan bahwa kebenaran hanya milik Allah SWT. seandainya mau menberikan peringatan kepada orang yang "dianggap sesat" harus ada dasar kebenarannya dan itupun juga gak boleh langsung mengatakan bahwa " ... kamu sasat..kafir dsb", sejauh saya mengikuti pengajian dimana-mana, kita gak boleh mengatakan langsung bahwa seseorang itu sesat atau kafir. kalau mengatakan kafir...! kenapa bukan kepada orang yg gak solat atau diluar muslim sekalian, kan jelas manusianya.
kesimpulan saya :
1. kebenaran memang hanya milih Allah SWT
2. kita gak boleh langsung menuduh bahwa seseorang itu kafir atau sesat
3. mungkin perlu direnungkan ayat di dalam AlQuran surat 17 ayat 105.
selebihnya monggo terserah pak gurugoblogspot untuk menelaah artikel yang sudah antum buat.
demikian komentar saya, kalau benar semata-mata dari Allah SWT, kalau salah dari saya pribadi atau setan.

26 November 2010 pukul 10.49

Maturnuwun sudah mampir ke sini. Meski anda tdk berani menunjukkan jati diri. tp ndak papa. Begini. Anda betul kebenaran datang dr Alloh. Tp diberikan ke kita manusia. Kl dtg dr Alloh trus utk Alloh sndiri ya percuma, manusia tdk bs mengetahui kebenaran. Artinya semua manusia itu sesat. ini mustahil. Lalu kalo semua sesat dan tdk tahu kebenaran, Surga disediakan utk siapa? neraka untuk siapa? Jd kebenaran dr Alloh dan diberikan kepd manusia lewt Nabi SAW. Siapa yg mengikuti Nabi itulah yg benar. Siapa yg menghina beliau, itulah yg sesat!
Lalu mana yg benar? Ya jelas yg sesuai dg petunjuk Nabi. Yg mana itu? Jelas kata Nabi yg mengikuti al-Qur'an dan Sunnah merekalah yg tdk akan tersesat.
Mohon maaf sy tdk mengatakan Mbah Min dan YATAIN itu sesat. Sy HANYA MENGUTIP kata2 Nabi. Artinya yg mengatakan Mbah Min dan YATAIN sesat ya NABI SENDIRI lewat sabdanya. Seandainya Nabi tdk pernah bersabda begitu, sya PASTI tdak akan mengatakan Mbah Min dan YATAIN sesat. Maturnuwun :)

Anonim
17 April 2011 pukul 17.58

Ass. Mas Muhsin...Saya Hanan dari Pekalongan. Saya mau ikut berkomentar tentang tulisan anda di atas. Saya ikut prihatin dengan pemahaman anda yang sangat dangkal dan tidak mempunyai dasar yang kuat. Anda perlu lebih dalam lagi menggali dan mempelajari ayat-ayat Al Qur'an. Cobalah anda instropeksi diri...apakah selama ini anda sudah mempelajari Al Qur'an secara mendalam, menjelajah semua ayat-ayatnya. Tulisan dan komentar2 anda bersifat menghasut yang jelas ini akan merusak citra Islam. Saya tidak tahu siapa itu Mbah Min dan YATAIN yang anda sebut-sebut sesat, meskipun anda menyebutnya mengatasnamakan Nabi. Anda jangan berbangga seolah-olah membela Nabi Muhammad mati-matian padahal hakikatnya anda malah memfitnah nabi. Perilaku Nabi Muhammad adalah sesuai dengan Al Qur'an surat 6/50,6/106,10/15. Jadi pasti nabi tidak mungkin membuat hukum sendiri dan mengajarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan Al Qur'an. Jangan sekali-kali anda mengatakan orang yang mempelajari Al Qur'an itu ingkar sunnah, karena sunnah nabi itu sesuai dengan Al Qur'an.
Sebagai saudara saya mengingatkan kepada anda, agar anda tidak salah arah. Dan pasti anda mau menerima dengan besar hati. Semoga Allah SWT memberi kesadaran kepada kita semua. Wass.

1 Mei 2011 pukul 06.50

Siapa yang paling akurat mengetahui berat sebuah telur burung onta? kita atau Ilmuwan atau tokoh-tokoh atau orang pintar atau standar ukuran berat (sebuah timbangan). apakah perkiraan dan analisa manusia untuk menentukan berat telur tersebut lebih tepat dan benar daripada standar ukuran berat (timbangan)?

Posting Komentar

Anda merasa mendapatkan KEBAIKAN dari postingan ini? SILAHKAN BERKOMENTAR secara santun, bijak, dan tidak menghakimi. TERIMAKASIH telah sudi meninggalkan komentar di sini. Semoga hidup Anda bermakna. amin...

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Guru GO! - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger