Bagian Pertama
Manajer Toko dari Budapest
Ini adalah sebuah kisah tentang lika-liku Presiden PKS @anismatta dalam menjalani pilihan pribadi beliau melakukan poligami. Tulisan ini disarikan dari kultwit @fahrihamzah yang kemudian ditampilkan di @pkspiyungan. Namun agar lebih enak dibaca maka saya sedikit melakukan editing pada tulisan ini. Mudah-mudahan tidak keluar dari maksud sang penulis yakni @fahrihamzah, karena editing yang saya lakukan lebih kepada perapian saja, bukan menambahi atau mengurangi konten.
Mengapa @fahrihamzah menceritakan kisah ini? Karena beliaulah yang pertama kali bertemu dengan isteri kedua @anismatta yakni Szilvia Fabula. “Aku” dalam tulisan ini maksudnya adalah @fahrihamzah.
Pertemuan itu tanpa sengaja. Saat itu aku berkunjung di Budapest ibukota Hongaria. Hari itu, hari terakhir kunjungan kami di sana, aku mencari oleh-oleh buat keluarga, keluar masuk toko suvenir. Aku mencari dan agak sulit karena penduduk Budapest jarang yang berbahasa inggris. Akhirnya aku ketemu sebuah toko. Ada 3 gadis dalam toko itu. Dua gadis penjaga tak terlalu mengerti. Yang kucari adalah kaos oblong motif yang "historis" tentang Budapest. Aku biasanya membawa oleh-oleh oblong karena tidak semua anakku boleh makan coklat. Oblong seragam lebih baik.
Maka, permintaanku dijawab oleh manajer toko yang keluar menghampiri dengan bahasa inggris yang sangat bagus. Dialah Szilvia Fabula gadis Hongaria yang saat itu sedang mengambil S2 bidang ekonomi. Pantas bahasa inggrisnya bagus. Dan tentu belanja jadi lebih mudah. Aku ingat beli oblong agak banyak. Sekeluar toko itu, kulihat @anismatta masih berjalan tangan kosong belum ada belanjaan.
“Jen”, begitu aku biasa memanggil @anismatta, yang maksudnya kependekan dari SekJen. Maklum @anismatta adalah sekjen abadi, sedangkan aku adalah wakil sekjen. "Jen, ini tempat belanja enak. Manajernya jago bahasa inggris", demikian kira-kira kataku waktu itu.
Dia tertarik dan masuk, kuantar @anismatta sampai dalam, "Miss szilvy, my friend also need assistance". Dan aku lalu pergi. Kutinggalkan @anismatta di toko itu dan aku pun titip belanjaan dengan harapan bisa keluar lihat-lihat yang lain. Setiap beberapa menit aku kembali ke toko itu dengan maksud kalau sudah selesai bisa pulang ke hotel bareng. Berkali-kali aku kembali ke toko itu dan nampaknya ada percakapan dua hamba Tuhan yg belum selesai.
"Percakapan dua orang pintar", kira-kira seperti itu kedengarannya sebab temanya juga tidak sederhana. Sore itu adalah sore terakhir kami di kota tua itu. Dingin menjelang malam. Kami kembali ke hotel. @anismatta tidak bisa menutupi kesan dalam percakapan itu, "Manajer toko itu seorang pencari makna", kesannya. Kami tidur cepat malam itu karena besok pagi kami harus kembali pagi-pagi.
Pagi itu, setelah sarapan kami bersiap menuju airport. Rupanya sang manajer mampir sebelum masuk kerja. Dia datang membawa hadiah buat Jen, sebuah buku yang kulihat berat sekali temanya. Belakangan kudengar bahwa malam itu ia melakukan browsing dan membaca versi bahasa inggris artikel @anismatta. Untuk itulah dia datang pagi itu, membawa buku dan menyatakan ingin belajar tentang tulisan-tulisan @anismatta.
Di kalangan aktifis tarbiyah @anismatta dikenal sebagai penulis produktif sejak awal 90-an. Manajer itu penasaran. Tapi, pagi itu kami berpisah tanpa tahu apakah kami akan bertemu lagi. Negeri kami berjarak jauh. Terus terang, banyak dari kisah ini kutahu di kemudian hari karena ini pribadi. Dan aku tak terbiasa urus pribadi orang. Meski aku dekat dengan @anismatta tak berarti aku harus tahu semua hal. Kisah ini terjadi sekitar 7-8 tahun lalu.
Satu kisah yang aku tidak tahu akan berakhir dengan pernikahan, sebab keluarga @anismatta adalah keluarga bahagia. Dan saya tahu Anaway, isteri pertama @anismatta adalah perempuan berani, terbuka dan cerdas anak politisi senior Golkar. Keluarga @anismatta adalah keluarga modern yang terbuka. Nyaris semua hal diputuskan bersama jika soal keluarga. Adapun kisah manajer Toko dari Budapest itu menjadi menarik karena rupanya ada korespondensi.
Suatu hari @anismatta bilang, "Ada email tuh dari Budapest".
"Dari Mustaq?", tanya saya balik.
Mustaq adalah pedagang pashmina dan karpet di pasar Budapest yang tokonya sempat kami masuki. Dia orang Kashmir, Muslim.
"Bukan, itu manajer toko", jawab Jen.
"Oh apa kabar dia?”, tanya saya dan rupanya Jen sudah mencetak email Szilvi.
Kepada saya diperlihatkan email yang sama sekali berat. Ini bukan soal percintaan dan rindu, ini soal filsafat.
"Ini berat Jen, kenalin aja ke Mustaq biar dia punya teman, kita kan kapan bisa ke sana?", itu solusi dariku.
Meski Jen nampak keberatan, aku berterus terang tak mengerti apa kelanjutannya. Tapi Jen selalu cerita. Aku sering di-update bahwa kini Szilvi sudah jumpa Mustaq dan rupanya isteri Mustaq orang Hongaria asli. Tapi banyak yang mengagetkan, misalnya Szilvi sudah bersyahadat atau Szilvi sudah pakai kerudung.
Sampai suatu hari aku ingat musim libur yang dingin...kami berkesempatan lagi ke Budapest. Ini kunjungan pribadi. Aku lupa jarak pertemuan kami dan betapa singkat pertemuan di toko dan lobby hotel saat perpisahan dulu. Tapi nampak pada tampilannya dan juga caranya bertuturkata kami seperti ketemu orang baru saat jumpa yang kedua kalinya.
Siapakah yang merubah Szilvi? Aku tidak tahu persis. Tapi memang aku menjadi banyak mendengar cerita dia. Setelah perpisahan dulu itu ternyata Szilvia terus mengontak melalui email dan diskusi antara @anismatta dengannya berlanjut intens. Szilvia cerita kepadaku bahwa mereka sama-sama peminat ilmu-ilmu sosial dan itulah yang mengisi diskusi mereka via email. Lalu topik diskusi juga pindah ke soal agama Islam dan sekitar 4 bulan kemudian Szilvia menyatakan sudah masuk Islam.
Rupanya dia sempat dikirimi al-Qur'an dengan terjemahan Bahasa Inggris dan lalu diarahkan ke Islamic Center Budapest oleh Jen. Di Islamic Center itulah Szilvia menemukan banyak teman dan akhirnya membuka hatinya masuk Islam. Sebagai pencinta ilmu sosial, dia berpikiran bebas dan tidak taat agama meski umumnya mereka katolik.. Dan salah satu sebabnya sangat kritis kepada Islam adalah soal pembolehan poligami oleh ajaran Islam.
Bersambung ke Bagian Kedua: Debat Tentang Poligami
+ Komentar + 1 Komentar
Poligami itu adalah hak laki-laki & sesuai dengan ajaran islam bagi laki-laki yang sanggup adil kepada istri-istrinya, tapi menurut saya ketika perempuan memilih kita laki-laki sebagai suaminya maka sampai mati kita harusnya hanya mencintai satu istri. pernah saya membaca, siapa yang mencintai uang maka akan seluruh hidupnya tidak puas dengan uang, siapa yang mencintai wanita dengan fisik, maka seluruh hidupnya akan tidak puas dengan satu perempuan. maka saya pun mencintai perempuan dengan hati, itu yang membuat pasangan saya tetap mencintai & setia kepada saya. Pengirim : Dan
Posting Komentar
Anda merasa mendapatkan KEBAIKAN dari postingan ini? SILAHKAN BERKOMENTAR secara santun, bijak, dan tidak menghakimi. TERIMAKASIH telah sudi meninggalkan komentar di sini. Semoga hidup Anda bermakna. amin...