Terjemahkan Blog Ini

Headlines News :
Diberdayakan oleh Blogger.

Channel Youtube

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah saya. Bukan ayah saya. Bukan pula anak saya. Saya jangan dihargai karena 'pangkat' ayah saya. Saya juga jangan 'disamakan' dengan anak saya. Akuilah saya apa adanya.

Selamat Datang di Blog Saya, Ahlan Wa Sahlan Bihudzurikum.

Semoga blog ini bermanfaat untuk Anda. Apa hal positif dari Blog ini beritahu teman. Jika ada ada yang kurang beritahu saya agar saya bisa memperbaikinya. Boleh Copas asalkan mencantumkan alamat blog ini. Jazakumullah
Saya sangat berterima kasih Anda sudah berkunjung ke blog saya. Lebih berterima kasih lagi jika Anda meninggalkan komentar pada postingan saya baik berupa koreksi, persetujuan, maupun tambahan ilmu buat saya.
Jika Anda merasa puas dengan blog ini tolong beritahu teman atau saudara agar blog ini bisa lebih dikenal luas dan anda pun Insya' Alloh akan mendapatkan pahala karena menyebarkan kebaikan. Tetapi jika Anda tidak puas tolong beritahu saya. Maturnuwun. Terimakasih. Jazakumulloh khoiral jaza'

Membangkitkan Fitrah Kebaikan dalam Mendidik Generasi Kids Zaman Now



Perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini, menuntut setiap orang untuk ikut mempercepat langkahnya agar tak ketinggalan. Istilah gagap teknologi pun mulai dikenal seiring dengan meningkatnya ragam produk-produk teknologi terbaru beserta aplikasi dan inovasinya. Terlalu pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini lantas mengubah seluruh tatanan kehidupan manusia yang mau tidak mau ikut terseret dalam gelombang perubahan besar-besaran tersebut.

Kekhawatiran akan fenomena gagap teknologi itu lantas memunculkan sebuah pertanyaan tentang bagaimana seharusnya seseorang membuka diri terhadap perkembangan tanpa terhanyut dengan arus negatif yang menyertainya. Dalam hal ini, sosok yang paling mungkin menjadi korbannya adalah anak-anak dan remaja. Sebab secara psikologi, anak-anak adalah peniru yang hebat. Mereka juga sangat mudah mempelajari sesuatu bahkan tanpa bimbingan orang dewasa sekalipun. Sedangkan remaja yang sedang mengalami masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, cenderung tidak mudah untuk mendengarkan pendapat orang lain, sekalipun pendapat itu benar.

Problematika ini tentunya membutuhkan perhatian khusus dari orang tua dan guru sebagai pihak yang dianggap paling bijaksana dalam menyikapi pengaruh globalisasi. Orang tua dan guru dituntut untuk mengikuti dan mempelajari perkembangan teknologi saat ini dalam rangka membimbing anak-anaknya agar tidak terpengaruh dengan hal-hal yang negatif. Sebab, pendidikan yang diberikan untuk generasi sebelum ini, sudah tidak relevan lagi untuk digunakan. Generasi masa kini atau yang marak disebut kids zaman now ini adalah generasi yang lahir dengan situasi yang berbeda 360 derajat dengan generasi sebelumnya yang masih belum terpapar efek negatif teknologi.

Dalam tulisannya yang dimuat di republika.co.id (Salim, Satiwan; 2017; http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/11/03/oyu6oz396-teacher-dan-parent-zaman-old-mendidik-kids-zaman-now, diakses tanggal 24 November 2017) kids zaman now didefinisikan sebagai generasi Z yang lahir di rentang tahun 1995-2010. Jika dihitung kemudian, anak-anak generasi Z ini memiliki rentang usia 7-22 tahun dan saat ini sedang duduk di bangku sekolah mulai SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi.  Dalam tulisan yang sama, Satiwan Salim juga mengungkapkan bahwa berdasarkan data demografis pada tahun 2010, keberadaan kids zaman now ini sangat potensial dalam pengembangan pertumbuhan perekonomian nasional.

Artinya, generasi ini adalah generasi yang sangat besar pengaruhnya dengan kehidupan bangsa di masa mendatang. Merekalah calon pemimpin, pendidik, ekonom, ilmuwan, dokter, dan orang tua di masa depan. Merekalah yang akan menggantikan generasi pemimpin saat ini yang dididik dengan pendidikan zaman dahulu dan ditempa dengan adat istiadat serta kebiasaan zaman dahulu pula.

Jika generasi zaman dahulu diminta berlari sekuat tenaga untuk mampu mengejar pesatnya perkembangan teknologi agar tidak berakhir menjadi generasi gagap teknologi, maka generasi zaman dahulu yang saat ini tentunya sudah menjadi orang tua dan mungkin guru, juga dituntut untuk mau berlelah-lelah, bersusah payah dan barangkali jungkir balik untuk mampu mengiringi serta menuntun para kids zaman now ini untuk kelak layak menjadi pemimpin bangsa.

Mereka-mereka yang sedang duduk menatap layar sambil memainkan jarinya untuk sekedar menjadi jawara dalam permainan adalah calon pemimpin. Mereka yang sedang duduk berduaan sambil merekam adegan yang entah disebut apa dengan memakai seragam merah putih mereka adalah calon pemimpin. Dan mereka yang berada di sudut sana dan sedang sibuk dengan percakapan di akun media sosialnya adalah calon pemimpin. Mereka pastinya keras kepala, berkeinginan kuat dan sulit diatur. Karena begitulah memang karakter seorang pemimpin. Namun, apakah lantas semua akan berubah begitu saja? Akankah generasi Z itu mampu menjadi pemimpin tanpa adanya didikan untuk mereka? Tentu saja jawabannya tidak.

Orang tua dan para pendidik tentunya tidak bisa apatis saja menyaksikan begitu dahsyatnya gelombang persatuan kids zaman now yang mulai sulit dikendalikan. Ibarat layang-layang, bukan lagi angin yang menerbangkannya ke kanan dan ke kiri hingga sulit dipegang, melainkan layang-layang itu sendiri yang bergerak begitu cepatnya seakan tali kekang itu akan putus. Sehingga, ketika yang memegang tali kekang itu memilih untuk menariknya paksa, ia pun seketika putus.

Dan siapakah penarik tali kekang itu? Merekalah orang tua, guru dan masyarakat. Merekalah yang harus mampu berinovasi untuk menarik kembali layang-layang itu ke arah yang benar, tanpa harus memutusnya atau membiarkannya terbang begitu saja. Orang tua, guru dan masyarakat harus mampu mengubah secara total paradigma lama yang mereka anut dan meng-installnya dengan paradigma baru yang sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. Sebagaimana kata Ali bin Abi Thalib ra,

Wahai kaum muslim, didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”.

Tidaklah lagi bisa seorang pendidik menuntut siswanya untuk duduk diam dan mendengar lalu menelan mentah-mentah ucapan gurunya. Pun tidak jua bisa orang tua secara diktator menetapkan peraturan di rumah begitu saja tanpa adanya pemberontakan jiwa maupun raga anak-anaknya. Pendidik dan orang tua adalah dua pihak yang harus memahami bahwa cara lama yang mungkin berhasil untuk mereka itu tidaklah lagi efektif untuk diterapkan. Sebagaimana penggunaan sepeda kayuh yang mulai beralih dengan kendaraan bermotor. Atau tutupnya warung telekomunikasi karena tak mampu bertahan menahan derasnya laju perkembangan teknologi ponsel pintar yang sudah bagaikan makanan pokok. Begitupula proses pendidikan lama yang mulai tergerus dahsyatnya globalisasi.

Lantas, apa yang harus dilakukan untuk mampu mendidik generasi kids zaman now ini? Satu hal yang harus dipercaya adalah bahwa setiap anak memiliki fitrah kebaikan dan tentunya juga para kids zaman now. Sehingga, memberi cap mereka sebagai generasi yang sulit dikendalikan ataupun generasi yang buruk bukanlah sebuah solusi. Hal itu justru mampu menghancurkan fitrah kebaikan mereka.

Berikut ini, langkah yang dapat dilakukan dalam mendidik para kids zaman now agar kelak mereka mampu menerima beban warisan bangsa di masa depan.

Pertama, Mendidik dengan hati
Meskipun teknologi telah berhasil memenangkan hati,jiwa dan pikiran semua orang, tetap benda itu tak akan mampu sepenuhnya mengobati hati-hati yang kesepian. Meskipun para kids zaman now ini seakan bahagia dengan kesibukannya bersama alat teknologinya, sejatinya mereka tetap merindukan belaian, pelukan, tatapan cinta dan perhatian dari sosok orang tua dan pendidik mereka.

Mendidik generasi Z harus dengan hati yang tulus. Tatap mata mereka ketika berbicara, sejajarkan tubuh agar mereka tak merasa digurui, berikan sentuhan jika itu memungkinkan dan bicaralah dengan hati. Akuilah mereka, dengar mereka dan libatkan hati untuk sepenuhnya memberi perhatian pada mereka.

Biarkan mereka bicara tentang apa saja yang mereka impikan, pikirkan, inginkan, bahkan meskipun itu tidak penting, aneh atau bahkan adalah sebuah kesalahan besar. Tetap, dengarkan dengan hati!

Kedua, Hargailah Mereka
Beri perhatian pada apa yang mereka sukai. Hargai jika mereka baru saja memenangkan sebuah pertandingan dalam permainan jika yang sedang diajak bicara adalah generasi gamers. Jalinlah komunikasi dengan mereka dengan banyak mencari tahu tentang apa-apa yang mereka sukai, agar komunikasi yang terjalin bisa lebih mudah mengalir. Jangan sampai ada batas antara orang tua dan anaknya, pun dengan guru dan siswanya. Sehingga, jika hal itu berhasil dilakukan, anak-anak dan remaja akan mudah untuk diarahkan dan diingatkan jika mereka keliru.

Ketiga Libatkan mereka dengan memberi mereka peran
Kadangkala usaha orang tua maupun guru untuk menjalin komunikasi dengan anak tidak berjalan dengan mudah. Salah satunya adalah karena sulitnya meruntuhkan batas antara menjadi orang tua, pendidik atau menjadi sahabat untuk anak. Cara yang paling mungkin untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mencoba melibatkan mereka dalam permasalahan yang dihadapi khususnya permasalahan dalam keluarga.

Walaupun maksud orang tua untuk tidak melibatkan anaknya dalam permasalahan keluarga adalah baik, agar anak tidak ikut memikirkan hal yang berat dan fokus pada sekolahnya. Namun, kadangkala hal tersebut secara tidak langsung menimbulkan jarak antara orang tua dan anak. Anak merasa kurang dihargai, apalagi jika ia sudah memasuki usia remaja. Mereka cenderung ingin dianggap penting.
Apalagi anak-anak generasi kids zaman now ini sangat mudah mengakses informasi-informasi yang menyebabkan mereka cenderung lebih cerdas untuk mampu memahami situasi. Jika orang tua tidak mampu menyembunyikan ekspresi dan mimik mereka ketika menghadapi masalah, anak akan dengan mudah membacanya. Dan jika mereka tidak dilibatkan tentu akan membuat mereka merasa terasing bahkan semakin terbebani.

Ajaklah mereka berdiskusi dan ijinkan mereka untuk mengemukakan pendapat. Agar mereka merasa dianggap “ada” di dalam rumahnya sendiri dan tidak mencoba mencari kesibukan lain di luar yang seringkali sulit diamati orang tua. Dalam hal ini, orang tua perlu memilah-milah pula, masalah apa yang sebaiknya disampaikan ke anak, Jika memang terlalu rumit dan besar, barangkali cukup disampaikan secara umum terlebih dahulu. Dan tentunya perlu menyesuaikan dengan usia dan emosi anak pula.

Dikutip di republika.co.id (Hapsari, Endah; 2012; http://m.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/09/09/ma2jf0-bolehkah-orang-tua-curhat-pada-anak, diakses 24 November 2017), hal yang perlu dipertimbangkan orang tua sebelum curhat ke anak, diantaranya :
  • Usia, kemampuan berpikir, kehidupan emosi dan perasaan anak.
Hasil penelitian tentang pengasuhan yang dilakukan di luar negeri menunjukkan bahwa masalah keuangan sebaiknya tidak dibicarakan atau tidak ditunjukkan pada anak di bawah usia 6 tahun.
  • Penggunaan kalimat saat menjelaskan
Orang tua berkewajiban memberikan penjelasan sesuai usia anak tentang apa yang terjadi dengan kalimat pendek, tetapi jelas. Misalnya, jika mempunyai anak usia 3 tahun yang menyaksikan pertengkaran kecil antara Ibu dan Bapak. Setelah itu selesai, Ibu mencoba mengendalikan emosi dan mengatakan pada anak dengan suara rendah, ”Maaf ya Nak, tadi suara Mama dan Ayah jadi tinggi. Kami agak marah, ada yang kurang cocok pikirannya.”

Kalau anak sudah sedikit lebih besar, kita dapat menambahkan, ”Hal seperti ini biasa terjadi antara orang dewasa!.” Ini penting dilakukan agar anak mengerti apa yang terjadi dan untuk meredakan ketegangan dan kecemasan yang dimilikinya.
  • Keadaan dan situasi anak
Keadaan dan situasi anak juga perlu dipertimbangkan. Jangan melibatkan anak bila mereka sendiri sedang dalam atau menghadapi banyak masalah. Cara penyampaian masalah juga penting. Hindari menyampaikannya ketika emosi kita sedang tinggi. Sehingga kawatir jalan keluar yang diperoleh juga tidak atau kurang bijaksana.

Keempat Beri konsekuensi bukan sanksi
Jangankan kids zaman now, para orang tua dan juga pendidik ketika masa kecil dahulu tentunya tidak nyaman saat diberi hukuman tanpa kesepakatan terlebih dahulu. Ketika pulang terlambat atau berkelahi dengan saudara, tiba-tiba diberi hukuman seperti dipukul atau dipotong uang sakunya padahal sebelumnya tidak pernah diajak untuk berdiskusi terkait kesepakatan tersebut, tentunya menimbulkan kekesalan di dalam hati.

Kids zaman now yang cenderung lebih up to date terhadap banyak hal, pastinya akan lebih mudah protes ketimbang ketika orang tuanya masih kecil dulu. Anak-anak zaman dulu biasanya nurut dengan orang tua karena takut. Sedangkan anak zaman sekarang cenderung berani dalam mengemukakan pendapat mereka, terutama jika mereka merasa benar.

Meskipun di satu sisi terkesan bahwa mereka kurang sopan, namun jika diamati dari sisi positifnya, kids zaman now adalah anak-anak yang kritis yang hanya perlu diarahkan dan diajarkan tentang adab dalam menyampaikannya saja. Karena itu, dalam memberi sanksi kepada kids zaman now, orang tua maupun guru tidak lagi bisa menerapkan metode lama.

Anak-anak sebaiknya tidak diberi sanksi, melainkan diberi konsekuensi yang sudah disepakati bersama sebelumnya. Misalnya di suatu waktu, anak-anak diajak berdiskusi tentang apa-apa saja yang tidak boleh untuk mereka. Biarkan mereka menentukan sendiri konsekuensinya dan orang tua hanya tinggal mengingatkan saja jika anak melakukan kesalahan. Biarkan mereka mengingat sendiri konsekuensi apa yang harus mereka lakukan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama.

Kelima Terima mereka apa adanya, bimbing untuk menjadi lebih baik dan doakan mereka.
Dalam sebuah postingan yang ditulis Harry Santosa di akun media sosialnya (Santosa, Harry; 2017; https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa/posts/10214453990573684, diakses 24 November 2017), ada tulisan yang menarik untuk direnungkan pada orang tua maupun guru. Salah satu baitnya adalah orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya males gerak atau kecanduan game Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi sangat suka bergerak dengan antusias dengan tubuh yang luwes .Orangtuanyalah dulu yang menyuruhnya banyak diam agar segera berstatus “shaleh” dan memberinya gadget agar diam

Artinya, secara tidak sadar, orangtualah yang membentuk kepribadian anak, namun ketika kepribadian itu sudah melekat, orang tua justru tidak mau menerima dan malah menyalahkan anak.
Dalam postingan yang sama, Harry santosa juga mengajak para orang tua untuk bertaubat, banyak berdoa agar Allah mengembalikan fitrah anak anak. Sebagaimana tercantum dalam hadits,

“Setiap anak dilahirkan dlm keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. al-Bukhari&Muslim)

Artinya, anak-anak sebenarnya memiliki fitrah-fitrah kebaikan, termasuk para kids zaman now yang mungkin fitrah kebaikannya sedang terganggu oleh derasnya arus teknologi dan informasi yang tidak mampu tersaring lagi. Dan kenyataan bahwa mereka masih menyimpan fitrah kebaikan itu adalah sebuah penyemangat bagi para orang tua maupun guru untuk terus berusaha memperbaiki dan mendoakan anak-anak khususnya generasi saat ini, agar mereka bisa kembali pada fitrah mereka.

Sebagai pendidik di masa kini, sepatutnya guru dan orang tua tidak berputus asa menghadapi generasi Z yang sudah terlanjur terpapar dengan kejamnya perubahan zaman. Sebagaimana firman Allah dalam surah Az Zumar ayat 53

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Barangkali diantara para generasi Z tersebut, ada anak-anak yang tidak terpenuhi fitrahnya semasa kecil. Semasa dimana Rasulullah SAW menganjurkan kepada orang tua untuk senantiasa berlemah lembut terhadap anak yang masih berusia dari 0 hingga 6 tahun.  Memanjakan, memberikan kasih sayang, merawat dengan baik dan membangun kedekatan dengan anak.

Jika di masa-masa emas tersebut anak-anak tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan, tentunya akan ada gejolak yang terjadi di masa berikutnya, ketika merika berusia 7 tahun ke atas. Itulah salah satu hal yang menyebabkan generasi Z atau generasi era kids zaman now menjadi sangat istimewa. Sebab mereka tidak hanya diuji dengan derasnya arus negatif teknologi, tetapi juga kurang dibekali dengan keimanan dan kasih sayang ketika masa kanak-kanak.

Namun, tentunya para pendidik, khususnya orang tua tidak lantas menyibukkan diri dengan menyesali apa-apa yang sudah terlewat. Meskipun masa-masa bersama anak tidak akan mungkin pernah terulang, namun menyesali tidak akan bisa mengubah semua yang telah terjadi. Yang perlu dilakukan orang tua maupun guru untuk mengubahnya adalah dengan me-reinstall cara mendidik anak-anak generasi kids zaman now ini. Ulangi proses-proses yang sempat terlewat dan lakukan perbaikan secara perlahan.

Yakinlah, insyaAllah, generasi anak-anak masa kini masih punya masa depan yang cerah dan cemerlang selama para guru, orang tua dan masyarakat mau peduli dan bahu membahu untuk mendidik dan mendampingi mereka dalam menghadapi kerasnya ujian di era teknologi informasi ini. Dan tentunya diperlukan kerjasama yang harmonis diantara para pendidik, agar fitrah kebaikan dalam diri anak-anak yang telah terpendam lama dapat tumbuh dan bersemi kembali.

Irasari Sevi Widya H, S.Pd


  • Pemenang Juara Harapan 1 Lomba Esai dalam rangka Hari Guru Nasional 2017 JSIT Indonesia
  • Penulis adalah seorang guru IPA di SMPIT Al Khawarizmi Tanah Grogot Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Aktivitas ini telah ditekuni sejak tahun 2011 hingga saat ini. Ibu dari 1 putri ini hobi menulis sejak SMA dan telah menulis beberapa antologi bersama rekan-rekan penulis lainnya
 Sumber: http://jsit-indonesia.com/2017/12/04/membangkitkan-fitrah-kebaikan-dalam-mendidik-generasi-kids-zaman-now/

#Alhamdulillah Akhirnya Juara I :)



 Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum JSIT Indonesia No. 023/SK/JSIT/XII/2017 tentang Hasil Penilaian Lomba Menulis Esai dalam rangka Hari Guru Nasional 2017, telah diputuskan  bahwa para pemenang lomba sebagai berikut:

  1. Juara 1 atas nama Muhsin SM, guru SDIT Salman al Farisi Pati, Jawa Tengah dengan judul esai: Kids Zaman Now vs Kids Zaman Semono
  2. Juara 2 atas nama Yurneli, S.Si, guru SMAIT Al Fityah Pekan Baru Riau dengan judul esai: Pembelajaran Terpadu dan Inovatif Solusi Mendidik di Era Kids Zaman Now.
  3. Juara 3 atas nama Iis Nuryati, S.Pd, guru dari SMPIT Insan Kamil Karang Anyar Jawa Tengah dengan judul esai: Menjadi Guru di Era Kids Zaman Now.
  4. Juara  Harapan 1 atas nama Irasari Sevi H, S.Pd, guru dari SMPIT Al Khawarizmi Tanah Grogot, Kalimantan Timur dengan judul esai: Membangkitkan Fitrah Kebaikan dalam Mendidik Generasi Kidz Zaman Now

  • JSIT Indonesia mengucapkan selamat pada para pemenang.
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.
  • Semua tulisan akan menjadi hak JSIT utk kepentingan dakwah berbasis pendidikan.
  • Terima kasih pada seluruh para peserta yg telah mengirim naskahnya.
  • Jangan patah semangat. Teruslah mendidik di era kids zaman now.
  • Selanjutnya, kami akan menghubungi para pemenang utk pemberian hadiah.
Depok, 3 Desember 2017
Ketum JSIT Indonesia
M.Zahri, M.Pd. 


Sumber : http://jsit-indonesia.com/pengumuman-pemenang-lomba-essai/

Mari Peduli Pendidikan Anak-anak Pesisir


Mari kita bantu anak-anak yang tinggal di pesisir pantai utara untuk menikmati pendidikan bermutu sebagaimana yang dinikmati oleh anak-anak kota. Di daerah pesisir utara belum ada lembaga pendidikan yang bermutu sebagaimana yang banyak berdiri di kota-kota.

Saat ini telah berdiri sebuah lembaga pendidikan bernama "Salman al-Farisi" yang melayani kebutuhan pendidikan mulai TPA, KB, TK dan SD. Namun karena keterbatasan dana yang ada sehingga sarana dan prasarana yang ada sangat tidak layak.

Kami mengetuk hati para donatur untuk ikut membantu program mulia ini. Semoga kelak kita punya catatatn amal yang baik di akherat. Ikut membantu program pendidikan adalah LEBIH BAIK daripada ikut mendirikan masjid. Membantu program pendidikan tentu saja PAHALAnya LEBIH BESAR daripada membantu mendirikan bangunan masjid.

Ayo segera donasi, sebelum semua menjadi sia-sia dan sesal tiada guna.

Silahkan klik alamat web www.kitabisa.com/sekolahpesisir   untuk melihat lebih lanjut...

Korupsi Reklamasi Vs World Memory Championship


Korupsi Reklamasi VS World Memory Championship

Oleh: Muslim Armas
(Alumni ITB, inisiator petisi Tolak Reklamasi)

Diantara ramainya berita buruk yang ada di bangsa ini, masih banyak anak-anak bangsa yang berkiprah di kancah internasional namun minim apresiasi dan pemberitaan. Contohnya saja, Indonesia menjadi tuan rumah kejuaraan dunia daya ingat, World Memory Championshio (WMC) pada 1-3 Desember 2017 di Ancol, Jakarta. 21 Perwakilan negara dan lebih dari 300 orang yang terlibat dalan rangkaian acara ini.

Mengadakan acara ini tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit namun disisi lain dengan mudahnya para oknum pejabat mengambil uang negara untuk kesenangan pribadi. Coba lihat pernyataan ini :

"Kasus pencucian uang reklamasi di teluk Jakarta mencapai Rp 45 miliar (ini yg ketahuan), sedangkan nilai yang sama bisa untuk membiayai 1.200 kali usaha pemecahan massal Rekor MURI yang diikuti ratusan peserta pada ajang World Memory Championship".

Bayangkan, dengan uang korupsi ini, kita bisa membuat sebuah event positif berskala internasional di ajang kejuaraan dunia yang mendatangkan ratusan wisatawan dan mendapatkan promosi dari setiap peserta yang hadir dengan multiply effect yang besar.

Kegiatan ini minim apresiasi pemerintah, tidak hanya kepada penyelenggara tetapi terutama juga kepada anak- anak Indonesia yang telah berkali- berkali bertanding di berbagai kejuaraan memory internasional untuk mempersiapkan diri menghadapi World Memory Championship.

Dengan biaya sendiri, putra/i bangsa terus mengukir prestasi di olimpiade daya ingat internasional (memory sports). Berikan apresiasi bagi mereka di World Memory Championship! Ayo kita terlibat, support mereka dengan klik:

https://kitabisa.com/worldmemorychamp

Demam Disruption

Mengapa Saya Tidak Sepakat dengan Prof. Rhenald Kasali
(From Disruption to Abundance, from Paranoid to Optimism)


Akhir2 ini saya sering dapat broadcast WA, postingan FB, dan pembicaraan simpang siur yg isinya adalah semacam peringatan, bahkan ancaman tentang bahaya "Era Disruption". Terakhir bahkan ada seorang penulis yg mungkin karena semangat sekali, menyatakan bahwa saking mengkhawatirkannya era disruption ini, “bisa membuat anak cucu kita mati berdiri sambil memeluk kitab suci yg entah akan menolong dengan cara apa”. Maka saya terpaksa bikin tulisan ini, walaupun sedang musim ujian di program MBA saya di UK ; USA.

Setelah saya lacak, histeria dan demam “Disruption” ini sepertinya salah satunya berawal dari buku, ceramah dan tulisan2 Prof. Rhenald Kasali, Guru besar FE UI, dan salah satu "World Management Guru", khususnya dibidang Change Management. Saya sangat setuju dan menghormati beliau sebagai salah satu tokoh penggerak perubahan yg saya kagumi dan ikuti tulisan2nya. Dan sampai saat inipun saya masih menghormati beliau. Tulisan ini sama sekali "nothing personal", hanya sekedar perimbangan wacana saja, agar perspektif kita lebih utuh untuk menyikapi gegap gempita demam "disruption era" yg salah kaprah.

Saya merasa ada yg kurang lengkap dari pemaparan beliau yg akhirnya bikin banyak orang ketakutan dan salah paham. Banyak orang awam yang akhirnya jadi panik nanti masa depan anak2nya bagaimana jika pekerjaan2 yang ada sekarang bakal lenyap. Banyak eksekutif perusahaan jadi panik jangan2 mereka akan jadi korban "disruption" berikutnya dan akhirnya tergopoh2 mau bertindak tapi jadi mati gaya karena bingung entah mau melakukan apa. Saya bisa memahami jika Prof. Rhenald bikin banyak orang jadi ketakutan. Bahkan di acara bedah buku beliau di Periplus yg saya tonton lewat Youtube, sang moderator sendiri sampai bertanya, "Prof, Ini kita kesini mau cari ide bisnis di era disruption, tapi kok malah pada pesimis nih menatap masa depan, setelah mendengar pemaparan profesor..

Dan Prof. Rhenald masih juga belum memberikan jawaban yg tegas bagaimana menyikapi perubahan drastis ini. Saya juga memahami mengapa Prof. Rhenald di buku2nya, tulisan2 dan ceramah2nya banyak menghasilkan kepanikan dan ketakutan. Mungkin ini berawal dari paradigma "Change Management" yg menjadi bidang keahlian beliau. Dalam ilmu manajemen perubahan, salah satu tokoh utamanya adalah Professor Emeritus Harvard Business School, John P. Kotter, dengan teori beliau tentang "8 Steps to change".

Dalam teori ini, langkah pertama untuk bikin sebuah organisasi (dan individu) mau berubah adalah dengan "increase urgency" alias bikin orang2 merasakan urgensitas perubahan. Dan cara paling ampuh untuk itu adalah dengan bikin mereka "ketakutan" apa dampaknya jika tidak mau berubah. Mungkin dengan niat baik inilah Prof. Rhenald hendak menyadarkan masyarakat agar segera “berubah”. Saya sepakat dengan niat baik untuk menggugah kesadaran masyarakat agar berubah, tapi saya tidak sepakat dengat pendekatan yang entah disadari atau tidak oleh beliau telah menebarkan banyak ketakutan dan kegalauan.

Mengapa saya tidak sepakat? Berikut ini alasannya:

A) Sebenarnya cara “menebarkan ketakutan dan kekhawatiran” ini baik2 saja diterapkan untuk jenis perubahan yang tidak membutuhkan kreativitas, tapi jadi tidak produktif jika tujuan kita adalah untuk melahirkan inovasi, kreatifitas, dan terobosan2 baru. Padahal untuk survive dan Berjaya di era disruption, salah satu syarat utamanya adalah: KREATIVITAS.

B) Tidak pernah (atau setidaknya jarang sekali) ide2 kreatif dan terobosan2 inovatif terlahir dari rasa takut. Buku babon setebal hampir 800 halaman tentang kreativitas, The Encyclopedia of Creativity menyebutkan bahwa salah satu penghalang utama kita untuk menghadirkan solusi kreatif adalah jika kita sedang mengalami “emotional barrier”. Dan diantara semua jenis emosi penghalang kreativitas ini, rasa takut adalah yg paling melumpuhkan. Jadi anda tidak bisa memaksa orang yg sedang dilanda ketakutan tentang bahaya era disruption untuk mencari solusi kreatif tentang bagaimana sukses mengatasinya. Anda hanya akan berhasil membuat mereka ketakutan, merasa terpaksa harus berubah, semangat ikut trainingnya, tapi bingung dan mati gaya harus melakukan apa.

C) Cara yg lebih pas untuk bikin orang terbuka pintu hatinya untuk mau berubah, sekaligus terinspirasi untuk jadi kreatif menemukan solusi adalah dengan memberikan mereka rasa OPTIMISME akan hadirnya kesempatan yang sangat besar menanti di depan mata.

1) Bill Gates melahirkan Microsoft bukan karena ketakutan kehilangan pekerjaan, tapi terinspirasi sekali akan hadirnya komputer, dan optimis bahwa dia bisa bikin software bagus. Akhirnya dia telpon ibunya bahwa dia bakal 6 bulan tidak pulang untuk mengerjakan proyek MS-DOS dari IBM.

2) Mark Zuckerberg bikin Facebook bukan berangkat dari ketakutan akan masa depannya. Bahkan dia pertaruhkan masa depannya dengan DO dari Harvard demi mengejar impian "menghubungkan tiap orang di muka bumi". Pada saat ceramah di acara wisuda di Harvard, dia mengatakan, yg bikin dia bisa melahirkan Facebook, karena dia merasa tenang, tidak takut apapun. Dan dia ingin menekankan pentingnya setiap orang untuk “bebas dari rasa takut”, untuk mencoba hal2 baru yg inovatif.

3) Steve Jobs, Thomas Alfa Edison, Elon Musk, Jeff Bezos, sebutkan semua inovator kreatif yg bikin perubahan2 radikal abad ini, hampir semuanya tidak ada yg melahirkan inovasinya dalam suasana batin ketakutan akan ancaman situasi masa depan. Mereka semua adalah para OPTIMISTS yg melihat kesempatan besar ditengah kebanyakan orang yang sedang kalut dan takut menghadapi tantangan zamannya.

4) Terakhir, di level lokal, Trio Unicorn Indonesia (Startup bernilai diatas 14 Trilyun rupiah: Gojek, Traveloka & Tokopedia) tidak ada yg dilahirkan dari orang2 yg ketakutan akan masa depan. Mereka semua mendirikan perusahaan2 tersebut dengan suasana batin optimis dan terinspirasi akan peluang besar di depan mata.

5) Singkat kata: Takut ; pesimis = Bingung ; Mati Gaya, Tenang ; Optimis = Kreatif ; Solutif

D) Era Disruption adalah era yg seharusnya bikin kita optimis, bukannya malah ketakutan. Mengapa? Karena ini hanyalah era transisi menuju era abundance (keberlimpahan). Minggu lalu saya baru pulang dari training di Singularity Univeristy. Ini adalah salah satu lembaga yg meneliti, mengajarkan dan mempopulerkan istilah “Disruption Era”. Lembaga ini di disponsori oleh NASA, Google, dan perusahaan2 teknologi paling top di Silicon Valley, bahkan bertempat di pusat penelitian NASA disana.

Di pusatnya sini, Istilah “disruption era” itu menimbulkan aura positif, optimis, dan penuh semangat. Saya ndak tahu lha kenapa begitu sampai di Indonesia malah diartikan salah kaparah sebagai istilah yg menakutkan dan penuh ancaman. Mungkin karena Prof. Renald sebagai juru bicara utamanya menyampaikannya sepenggal saja (sisi seramnya), jadi banyak orang salah paham, panik dan ketakutan. Itulah mengapa belajar setengah2 itu berbahaya, “little bit learning is dangerous”.

E) Era disruption adalah fase ke-3 dari 6 fase Exponential Growth. Yg menelorkan teori ini adalah Peter Diamandis (Co-founder dari Singularity University tersebut). Menurut beliau, abad ini akan ditandai perubahan besar2an yg terjadi dalam 6 fase (6D's of Exponential Growth):

1) Digitalization (Transformasi dari analog menjadi Digital. Misal: Kodak menemukan Foto Digital. Atau Musik, Film, Buku, dll dijadikan bentuk digital MP3, MP4, PDF, dll)

2) Deception (Kodak tertipu karena dikira ini teknologi amatir yg ndak bakal bisa menggantikan keindahan dan ketajaman foto manual, karena saat itu resolusinya masih 0,1 Mega Pixel).

3) Disruption (Diluar kendali Kodak, tiap 18 bulan, ketajaman foto digital naik 2x lipat secara eksponensial. Dan pada saat ketajamannya mencapai 2 Mega Pixel, kualitasnya sudah sama dengan foto analog. Saat itulah Kodak mulai terdisrupsi.) Fase inilah yg bikin kehebohan disana sini, karena di fase ini, Uber mendisrupt perusahaan taxy, AirBnB mendisrupt Hotel, dll. Terjadi kepanikan masal karena dipikir dunia (minimal bisnis kita) akan runtuh.

4) Dematerialization (semua produk digital akhirnya tidak perlu wadah "material" karena tiba2 semua bisa disimpan di Cloud yg siap diunduh kapanpun dan dimanapun. Jadi silahkan dibuang Semua hardisk yg beirisi koleksi Foto digital anda. Upload aja ke Google Foto yg gratis penyimpanannya, kapanpun, dimanapun, pake alat apapun yg kompatibel, jika anda perlu foto itu tinggal download)

5) Demonetization (Begitu semua tidak dalam wadah material, maka harganya makin lama makin turun. Dan satu saat bisa sangat murah dan terjangkau buat semua. Begitu buku sudah di .Pdf kan, harganya nyaris Nol. Silahkan aja ke koleksi 300 juta buku gratis di: www.pdfdrive.net. Sekarang semua Musik, foto, buku, film, serial tv sudah dibikin versi digitalnya, yg kita masih diminta bayar, tapi ini makin lama makin murah, karena tidak ada lagi "biaya cetak".

6) Democratization (Pada puncaknya, semua produk akan menjadi murah dan tersedia buat semua orang. Anda telah merasakan sebagian, Video call gratis, HP Murah, Belajar ; Baca Buku, Nonton Film dan dengar musik gratis, dll. Inilah fase Abundance for All: Keberlimpahan buat semua).
Peter Diamandi menulis buku khusus yg menjelaskan fenomena “Abundance” ini. Sekedar intermezzo: Saat Bill Clinton mempromosikan buku ini, Peter ditanya sama Bill, “mengapa anda jadi orang kok sangat optimis?” Peter menjawabnya, “Karena saya tidak pernah baca berita (apalagi hoax), dan saya hanya percaya sama data2 ilmiah. Dan semua data ilmiah ini mengarah kesana, bahwa kita semua akan berkelimpahan, abundance for all”.

Mungkin ada baiknya kita tiru kebiasaaan Peter Diamandis ini agar kita tidak serba pesimis dan ketakutan: Jangan banyak baca berita, mulailah baca data2 ilmiah. Maka mestinya, era disruption itu tidak perlu ditakuti atau bikin panik, cuman perlu dipahami bahwa ini bagian dari revolusi kemajuan peradaban yg makin lama akan makin cepat dan insya Allah mengarah pada perbaikan buat semua.. the greatest good for the greatest number of people.

Kalau dalam revolusi ada korban2 yg bergelimpangan karena ndak cukup paham dan tanggap, itu hal yg biasa. Nanti juga mereka akan belajar. Dan kita semuapun perlu belajar lebih tuntas untuk menyambut Era Baru yang sangat menjanjikan ini. Kesimpulan: Terimakasih Prof. Renald Kasali, yang atas jasa bapak telah menggugah banyak orang dan perusahaan untuk shock dan mau berubah. Tapi semoga ini jangan kebablasan jadi ketakutan dan kekhawatiran massal. Karena itu perlu dilengkapi juga dengan wacana penyeimbang yang menyuntikkan optimisme dan harapan. Karena ide2 besar kreatif dan terobosan2 baru inovatif untuk survive dan Berjaya di era disruption ini tidak akan pernah lahir dari rasa takut dan panik, tapi akan tumbuh subur di pikiran orang2 dan perusahaan2 yg tenang dan optimis.

Salam takdzim buat Prof. Rhenald Kasali dan kawan2 semua yg membaca tulisan ini. Bloomington, 14 November 2017 Ahmad Faiz Zainuddin Mahasiswa MBA Warwick Business School, UK Indiana University, USA Alumni Singularity University, Silicon Valley, USA

Tomat itu Bukan Buah, Tetapi Sayuran. Percaya?

Tomat Itu "Sayuran"

Saya itu akuntan, lulusan FEUI, dengan skripsi tentang pajak (transfer pricing dan tax treaty). Skripsi saya dulu tahun 2002, konon katanya, lebih maju 10 tahun dibanding regulasi yg ada. Tapi apa daya, nasib sy dikenal sebagai penulis, maka orang2 setiap kali melihat sy bicara tentang keuangan, ekonomi pun pajak, hanya memicingkan mata, lantas berkomentar di depan wartawan, “ah, Tere ini cuma salah persepsi! dia salah paham!” atau lebih ngenes lagi, pas dibilangin, “ah Tere ini, dia tidak tahu apa-apa soal itu.”

Tapi tidak mengapa. Saya pernah datang ke sebuah acara dengan seribu peserta, disuruh bicara di sana. Datanglah saya pakai sendal jepit, kaos, celana jeans. Nasib, sy datang terlalu on time, peserta baru separuhnya, jangan tanya kapan dimulai. Acara positif molor. Maka sy duduk nyempil di dekat pintu, njeplak di situ. Panitia berlalu-lalang di dekat saya. Baru satu menit di sana, salah-satu panitia berseru ke saya, “Pak, pak! itu sound system gimana sih? Rapikan dong kabel2nya!” Saya bangkit berdiri, “Iya, baik.” Tidak apalah disangka teknisi yg disuruh2.

Aih, ini prolog tulisan kenapa malah bikin saya pamer. Jelas sekali dua paragraf awal ini pamer dalam skala mematikan. Tapi tidak apa, biasanya sy hapus sebelum diposting, tapi biarkan sajalah, biar kalian tahu, penulis itu juga manusia. Kadang, sehati2 sekalipun dia menulis, se-disiplin apapun dia melarang dirinya pamer, lebay, tetap saja itu muncul. Demikianlah. Setidaknya sy tdk sedang pamer foto lagi sujud rakaat ketiga shalat shubuh.

Nah, kembali ke topik tulisan, apa sih sebenarnya yg hendak sy tulis di postingan ini? Tentang pajak. Sedikit pembuktian, kalau sy ini punya pemahaman pajak yg tidak salah persepsi, apalagi salah paham. Saya punya kasus menarik, yg semoga bisa jadi pelajaran bagi teman2 di ditjen pajak. Ah, saya dulu sempat diterima di STAN loh, yg DIII atau DIV sy lupa, omong2 soal Pajak ini. Sy sudah serahkan ijasah SMA saya, karena ikatan dinas. Tapi karena sy diterima di FEUI juga, sy memutuskan tdk jadi di STAN. Bukan apa2, sy itu penakut sekali. Saking takutnya, sy pernah janji tdk akan jadi PNS, karena sy takut korupsi. Maka berbangga hatilah jika kalian PNS, kalian orang yg berani. Dibutuhkan mental baja tiada tara untuk jadi PNS yg amanah. Saya penakut, sy tidak bisa membayangkan kalau sy jadi ambil di STAN tahun itu, sy satu angkatan sama Gayus itu. Mungkin sebelahan meja di kelas. Mungkin, sebelahan sel juga sekarang. Ampun dah, lagi2 saya melantur kemana2. Duh, Gusti, hari2 ini, eror sekali dunia kepenulisan saya. Semoga pembaca sy tidak ikut eror.

Baik, kembali ke soal apa yang hendak saya tulis. Tahun 1893 di Amerika Serikat, pengimpor Tomat maju ke pengadilan, mereka menuntut keadilan. Karena telah diperlakukan tidak adil. Apa pasalnya? Karena berdasarkan Tariff Act 0f 1883, TOMAT itu didefinisikan sebagai buah-buahan, dan bea cukai/pajak juga memperlakukannya sebagai Tomat. Lah, memang Tomat itu buah, bukan? Kenapa harus diributkan? Secara ilmiah, tomat memang masuk buah-buahan. Sama kayak rapsberry, bluebberry, biri-biri, eh itu domba ding. Tapi masalahnya, kata importir Tomat: TOMAT ITU pas masuk dapur, dia mayoritas jadi bahan masakan, main course, bukan buah yg dimakan. Tanya sama koki2, mereka akan bilang itu sayuran.

Kenapa sih importir ini mengotot maju ke pengadilan. Simpel: pajak masuk buah adalah 20% (misalnya), pajak masuk sayuran adalah 10%. Beda banget pajaknya. Maka mereka tak sudi bayar 20%. Wah, saat importir ini ribut, bikin pengumuman di page facebooknya: mulai besok kami berhenti impor tomat. Hebohlah satu Amerika. Heboh banget. Banyak yg komen, ini si importir benci sama Jokowi, eh, aduh, ngelantur. Kenapa cuma pemerintahan sekarang yg disalahkan. Ini politis. Juga ada yg komen, ini importir baperan banget sih, dasar nggak mau bayar pajak. Dll, dll. Ramai sekali. Termasuk Menkeu juga bikin pernyataan, coba dirjen pajak temui itu importir Tomat, pesan satu kilo tomat sekalian, bungkus, jangan makan di sana. Eh? Aduh.

Tapi karena sudah masuk pengadilan, maka dimulailah proses panjangnya. Setelah proses pengadilan, Supreme Court Amerika Serikat memutuskan: tomat adalah sayuran--terlepas dari fakta dia adalah buah. Karena yg dilihat adalah subtansinya. Silahkan saja profesor botani mau bilang itu buah, tapi karena ini kasus pajak, dan pajak harus diperlakukan adil, maka yg dilihat adalah substansinya. Bahwa fakta tomat dipakai sebagai bahan masakan, seperti halnya sayur2an, maka dia masuk kategori itu.

Dalam perdebatan tentang pajak profesi penulis. Sebenarnya kata kuncinya ada di: passive income. Saya setahun ini, duuh gusti, berdebat kemana2 soal ini. Dan orang pajak, juga berdebat di internal mereka. Ada yg malah berantem sama teman kantornya, hehe. Apa sih masalahnya? Royalti penulis itu selalu dipahami passive income--jadi sifatnya netto. Yg kalau sudah nulis sekali, selesai sudah, penulis bisa kaya raya, selama2nya. Sama kayak Tomat yg dipahami sebagai buah, karena memang bentuknya buah.

Tapi apakah menulis itu begitu? Passive income? Nggak perlu ngapa2in, jadi bukunya, langsung dpt uangnya? Nggak. Siapa bilang jika seseorang punya buku, maka passive income akan mengalir seperti anak sungai? Ayolah, lihat di Indonesia, buku itu usianya paling 6-12 bulandi toko, sekali penulis tersebut berhenti menulis, maka mampet sudah aliran sungainya. Penulis harus terus me-maintain, mengelola, menjaga aliran penghasilan tersebut, dgn terus menulis buku2 berikutnya--agar buku lamanya tetap laku. Dan bicara ttg menulis, itu bukan proses pendek. Buku top yg kalian pegang sekarang, adalah hasil riset bertahun2, ada yg bahkan 8-10 tahun. Akhirnya baru jadi. Pasti laku? Belum tentu. Dari 100 buku yg terbit, hanya 3-5 saja yg sukses. Sisanya, meski sudah habis waktu, tenaga, biaya, air mata, darah, ternyata nggak laku. Enakan jualan kue, bikinnya 30 menit, langsung dapat hasilnya. Bikin buku, duh Gusti, kalau itu buku tdk laku, kan tidak bisa dimakan sendiri kayak bikin kue, numpuk di rumah (kalau indie). Dan ingat bertahun2 proses bikinnya itu mau bagaimana? Dia makan apa, kan penulis tetap butuh makan, mentang2 passive income dia nggak perlu makan saat 5 tahun nulis buku?

Dan apakah penulis itu memang megah sekali penghasilannya? Keliru. Jika harga buku 100, maka sejatinya royalti dia hanya 10. Bahkan buku anak2 di Indonesia, jatahnya hanya 5. Kecciiil sekali. Dan dari 10 atau 5 itu, pun tetap akhirnya dipotong oleh pajak. Yg dibawa lebih kecil lagi. Sadis sekali.

Jika kalian tdk dalam posisi penulis, mungkin susah memahami realitas ini. Kalian hanya melihat betapa megahnya buku2 yg saya baca. Seolah kehidupan penulis sama hebatnya seperti isi buku. Sy juga tahu, orang banyak tetap akan bilang itu passive income, mereka punya argumennya, mereka punya buktinya, dan sy tidak bisa membantahnya. Sama kayak importir tomat tadi, mereka akan bilang: kami ini pelaku industri, kami tahu persis, orang2 beli tomat karena untuk bikin masakan. Kami tahu ini buah. Tahuuu sekali, tapi pembeli kami memperlakukannya sebagai sayur, maka perlakukanlah seperti sayuran . Hakim Supreme Court menggunakan argumen itu, mereka memutuskan tomat sebagai sayuran. Kasus selesai.

Dalam kasus pajak profesi penulis ini, sy tdk tahu akan seperti apa keputusan orang2. Jika mereka mau menganggap ini sebagai passive income, tidak boleh pakai NPPN, kena pajak 30% di layer tertingginya saat ngisi SPT, tidak masalah. Sy ihklas menerimanya. Biarlah begitu. Berarti perjuangan ini berakhir sia-sia. Tapi itu bukan kiamat. Karena penulis selalu bisa menulis tanpa harus menerbitkan buku. Sy bisa bagikan naskah nvoel baru secara gratis di page ini, dan memang sudah dilakukan secara terus-menerus. Jika kalian adalah pengikut page saya sejak lama, kalian tahu sekali sudah 10 novel yg dibagikan gratis di sini. Bahkan novel yg belum diterbitkan, dibagikan saja. Lantas penulis dapat apa dong kalau dibagikan gratis? Duh, Nak, penulis itu tetap akan baik2 saja meski tdk ada yang membayar karyanya. Bahkan jika orang sibuk membajak bukunya, orang2 memajakinya gila2an, dia tetap bisa terus menulis--kalau mau menulis. Bagikan gratis. Kasus selesai.

Apakah tomat itu buah atau sayuran? Kalian tahu jawabannya sekarang.Tomat itu buah. Tapi dalam perlakuan pajak, tomat itu adalah sayuran. Dikecualikan. Bisa. :)
*Tere Liye
**kalau ada yg salah ditulisan ini, mohon diperbaiki dan dimaafkan Tere Liye. sy hari2 ini banyak dosanya, bikin orang2 bertengkar. bikin orang2 ilfil.
**kalau kalian bersedia, silahkan dishare banyak2, mungkin bermanfaat.

Hidayat Nur Wahid: Perdekatan Persuasif tak Tepat untuk Kasus Makar di Minahasa


Jakarta. Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid (HNW) mengatakan, makar yang terjadi di Minahasa memanfaatkan isu penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Menurut dia, kondisi perpecahan tersebut, adalah lanjutan bentuk provokasi atas vonis yang diterima Ahok.

“Ini sebuah kondisi yang menunggangi isu Ahok, karena dilakukan dengan provokasi (jika) Ahok ditahan, ya (maka) Minahasa merdeka,” ujarnya Selasa (16/5).

Menurut HNW, masalah yang dibawa Ahok dijadikan alasan untuk melakukan sparatisme. Makar dengan menunggangi isu vonis Ahok, dia mengatakan, merupakan sebuah kejahatan. “Menunggangi kasus Ahok untuk kepentingan separatisme adalah sebuah kejahatan,” jelasnya.

Seharusnya, kata dia, polisi betul-betul meluruskan tindakan makar demi tegaknya hukum di NKRI. “Ini sudah jelas-jelas akan melakukan tindakan kemerdekaan, tapi justru Kapolri malah mengatakan akan melakukan pendekatan persuasif,” tegas HNW.

HNW menilai, pendekatan persuasif yang dipilih Polri untuk kasus makar Minahasa adalah langkah yang tidak tepat. Pendekatan tersebut, kata dia, justru satu pendekatan yang tidak mencerminkan tentang adanya keadilan. Dilansir republika.co.id

Psywar di Balik Pembubaran HTI


Psywar di Balik Pembubaran HTI
By:Nandang Burhanudin
(1) Saya tidak terlalu serius menanggapi pernyataan Wiranto soal pembubaran HTI. Sebab di era rezim raisoopo-opo, apapun tidak ada yang perlu dianggap serius, selain operasi menjual Indonesia dan patuh sepenuhnya pada Asing-Aseng.
(2) Jika mau jujur, kehandiran HTI sebenarnya menguntungkan kalangan Islamis. Terutama di pengajian marhalah 1-2. Tapi menguntungkan kalangan Liberal, Sekuler, dan Islamophobia di marhalah 3 dan selanjutnya. Mengapa?
(3) Marhalah awal di HTI, sangat bagus untuk shock theraphy pemikiran. Terutama di bab kajian problematika umat. Tapi biasanya akan mentok di permasalahan solusi. Terutama jika dikaitkan dengan pendirian khilafah.
(4) Di fase selanjutnya, HT yang sangat antipati dengan apapun yang berbau demokrasi. Tentu sangat menguntungkan kalangan Islamphobia, terutama dalam kondisi lomba perolehan suara. Paham antidemokrasi menyuburkan golput di kalangan Islamis.
(5) Kendati demikian, saya tidak mendukung cara pemerintah yang tidak demokratis dalam wacana pembubaran HTI. Maka patut dicurigai, ada apa sebenarnya di balik sandiwara pembubaran HTI?
(6) Saya menemukan jawabannya, pemerintah Jokowi dan timnya sedang meniru langkah Korea Utara saat membunuh 1000 tentara AS, ketika perang berkecamuk di semenanjung Korea.
(7) Cara yang ditempuh Korut, sangat unik. Para tawanan diberikan fasilitas mewah. Logistik cukup. Penjara yang luas, tanpa pagar tinggi. Bahkan semua diberi kebebasan berkomunikasi. Lalu apa yang dilakukan?
(8) Hanya 3 poin saja. Pertama: Semua penghuni penjara dijejali berita buruk dan busuk. Kedua: Semua diberi kesempatan mengungkapkan pengkhianatan masing-masing di hadapan umum. Ketiga: Sesama penghuni penjara diberi kebebasan memata-matai.
(9) Menjejali berita buruk adalah perang psikologi untuk menjatuhkan mentalitas rakyat, terutama kalangan Islamis. Mulai dari isu korupsi, pelanggaran seks, hingga penista Al-Qur’an yang diperlakukan istimewa.
(10) Semua menjadi bumbu pedas di samping berita penembakan polisi saat razia, kenaikan harga-harga, listrik meroket, premium hilang, gas mahal, pajak mencekik, pelanggaran rezim terhadap konstitusi, dll.
(11) Kemudian cara mengungkap kebusukan di hadapan publik. Bahkan semua dipertontonkan secara gratis. Pesan yang ingin disampaikan, jadilah penjilat jika mau selamat. Menjilatlah, anda jadi hebat!
(12) Adapun operasi saling meng-inteli, adalah cara ampuh mengobarkan proxy war antar sesama ormas. Politik belah bambu, politik yang membuat Belanda dan penjajah sukses mengangkangi negeri Muslim.
(13) Jadi, wacana pembubaran HTI sebenarnya sinyal bahwa Islamis tidak akan diberi ruang dan peran saat rezim raisoopo-opo ini berkuasa. Lalu mengapa HTI yang menjadi korban? Sebab HTI adalah paling lemah.
(14) HTI menunda jihad sebelum tegaknya khilafah. HTI menjadi organisasi yang senang mencubit saudara-saudara sesama Islamis. Sebut saja kalangan Tarbiyah pro demokrasi, selalu menjadi korban kegenitan HTI.
(15) HTI juga minim teman dari kalangan ormas semisal Muhammadiyah, NU, Persis, PUI, Al-Irsyad. Jenis kelamin HTI juga sedikit ambigu. Hizb adalah partai, tapi tidak aktif di ranah politik. Namun kajiannya politis.
(16) Tapi sekali lagi, pembubaran HTI bukan solusi. Sebagai Muslim kita harus menolaknya! Pembubaran ormas hanyalah operasi senyap membunuh pelan-pelan ruh perlawanan umat Islam.
(17) Saya bersama HTI, jika dibubarkan oleh rezim yang telah terbukti lebih banyak korup dan memperjualkan nasionalisme sempit demi seongok materi. Waspadalah!
Sumber: http://nandang.me/2017/05/psywar-di-balik-pembubaran-hti/

TERTEGUN DI HADAPAN IMAM NAWAWI


.- Apa yang mau kita sombongkan; jika Imam An Nawawi menulis Syarh Shahih Muslim yang tebal itu sedang beliau tak punya Kitab Shahih Muslim?

.- Beliau menulisnya berdasar hafalan atas Kitab Shahih Muslim yang diperoleh dari Gurunya; lengkap dengan sanad inti & sanad tambahannya.

.- Sanad inti maksudnya; perawi antara Imam Muslim sampai Rasulullah. Sanad tambahan yakni; mata-rantai dari An Nawawi hingga Imam Muslim.

.- Jadi bayangkan; ketika menulis penjabarannya, An Nawawi menghafal 7000-an hadits sekaligus sanadnya dari beliau ke Imam Muslim sekitar 9 - 13 tingkat Gurunya; ditambah hafal sanad inti sekitar 5-7 tingkat Rawi. Yang menakjubkan lagi; penjabaran itu disertai perbandingan dengan hadits dari Kitab lain (yang jelas dari hafalan sebab beliau tak mendapati naskahnya), penjelasan kata maupun maksud dengan atsar sahabat, Tabi'in, & 'Ulama; munasabatnya dengan Ayat & Tafsir, istinbath hukum yang diturunkan darinya; dan banyak hal lain lagi.

.- Hari ini kita menepuk dada; dengan karya yang hanya pantas jadi ganjal meja beliau, dengan kesulitan telaah yang tak ada seujung kukunya.

.- Hari ini kita jumawa; dengan alat menulis yang megah, dengan rujukan yang daring, & tak malu sedikit-sedikitbertanya pada Syaikh Google.

.- Kita baru menyebut 1 karya dari seorang 'Alim saja sudah bagai langit & bumi rasanya. Bagaimana dengan kesemua karyanya yang hingga umur kita tuntaspun takkan habis dibaca? Bagaimana kita mengerti kepayahan pada zaman mendapat 1 hadits harus berjalan berbulan-bulan?

.- Bagaimana kita mencerna; bahwa dari nyaris 1.000.000 hadits yang dikumpulkan & dihafal seumur hidup; Al Bukhari memilih 6000-an saja? Atas ratusan ribu hadits yang digugurkan al-Bukhari; tidakkah kita renungi; mungkin semua ucap & tulisan kita jauh lebih layak dibuang?

.- Kita baru melihat 1 sisi saja bagaimana mereka berkarya; belum terhayati bahwa mereka juga bermandi darah & berhias luka di medan jihad. Mereka kadang harus berhadapan dengan penguasa zhalim & siksaan pedihnya, si jahil yang dengki & gangguan kejinya. Betapa menyesakkan.

.- Kita mengeluh listrik mati atau data terhapus; Imam Asy Syafi'i tersenyum kala difitnah, dibelenggu, dipaksa jalan kaki Shan'a-Baghdad.

.- Kita menyedihkan laptop yang ngadat & deadline yang gawat; punggung Imam Ahmad berbilur dipukuli pagi & petang hanya karena 1 kalimat.

.- Kita berduka atas gagal terbitnya karya. Sedang Imam Al Mawardi berjuang menyembunyikan tulisan hingga menjelang ajal agar terhindar dari puja.

.- Mari kembali pada an-Nawawi & tak usah bicara tentang Majmu'-nya yang dahsyat & Riyadhush Shalihin-nya yang permata; mari perhatikan karya tipisnya; Al Arba'in. Betapa berkah; disyarah berratus, dihafal berribu, dikaji berjuta manusia, & tetap menakjubkan susunannya.

.- Maka tiap kali kita bangga dengan "best seller", "nomor satu", "juara", "dahsyat", & "terhebat"; liriklah kitab kecil itu. Lirik saja.

.- Agar kita tahu; bahwa kita belum apa-apa, belum ke mana-mana, & bukan siapa-siapa. Lalu belajar, berkarya, bersahaja.

Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami yang tidak menghargai waktu ini. Ampunilah kami yang mesti bisa melakukan banyak hal untuk dakwah, tetapi kami hanya share broadcast yang tidak bermutu. Astaghfirullah al-adzim...


Ini Bahaya dari Aplikasi Gratis Smartphone

Anda memiliki smartphone? Mungkin banyak yang mengatakan iya, apalagi jika Anda seorang pelajar, mahasiswa atau pekerja. Smartphone kini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda juga tentu tidak asing lagi dengan sebuah aplikasi, baik itu game, produktivitas, dan lainnya. Di ‘pasar’ aplikasi, baik itu Play Store, Windows Store dan lainnya, tentu menyediakan dua pilihan aplikasi, yakni berbayar dan gratis.

Aplikasi-aplikasi khususnya yang gratis tentu memiliki banyak sekali kelemahan, seperti banyaknya iklan yang tampil. Namun lebih dari itu, ternyata ada bahayanya dari aplikasi gratisan yang dtawarkan oleh developer.

Aplikasi gratis yang menampilkan banyak iklan, bisa membuat kita sakit kepala, hal ini diungkapkan oleh para peneliti. Sebuah studi terbaru juga menemukan, selain iklan, aplikasi gratis ini menguras baterai ponsel Anda lebih cepat, dan menggunakan lebih banyak data.

“Iklan di aplikasi gratis menguras baterai ponsel Anda lebih cepat, aplikasi ini juga diatur berjalan lebih lambat dan menggunakan data lebih banyak,” kata William Halfond, penulis dan penelitian yang akan mempresentasikan pada Konferensi Internasional tentang Rekayasa Perangkat Lunak (ICSE) di Italia pada bulan Mei.

Bila dibandingkan dengan aplikasi tanpa iklan, para peneliti menemukan bahwa ada bahaya dari aplikasi gratis ini, di antaranya:

Aplikasi gratis yang menayangkan iklan menggunakan rata-rata 16 persen lebih banyak energi, sehingga menurunkan daya tahan baterai smartphone 2,5-2,1 jam dari waktu rata-rata.

Central Processing Unit A telepon (CPU) adalah seperti otaknya, dan iklan memakan banyak kekuatan otak, sehingga akan memperlambat dan menurunkan kinerja CPU.

Aplikasi dengan iklan mengambil rata-rata 48 persen waktu CPU, menggunakan memori 22 persen lebih besar dan 56 persen utilisasi CPU yang lebih besar (jumlah waktu CPU yang digunakan). Karena iklan sendiri merupakan sebuah konten yang telah diunggah, maka aplikasi dengan iklan menyebabkan smartphone menggunakan lebih banyak data, hingga 100 persen lebih, dalam beberapa kasus.

Rata-rata, aplikasi ini menggunakan sekitar 79 persen lebih banyak data jaringan, biaya yang keluar diperkirakan 1,7 sen setiap kali mereka digunakan–berdasarkan rata-rata biaya per MB dibebankan oleh AT & T.

Selanjutnya, Halfond mengatakan ia berharap untuk menciptakan model-model yang akan memungkinkan pengembang aplikasi untuk memprediksi, seberapa baik produk mereka akan diterima oleh masyarakat, dengan dan tanpa iklan.

“Apps adalah masa depan perangkat lunak. Pikiran bahwa kita semua akan terus mengkonsumsi perangkat lunak, daripada desktop yang ketinggalan jaman,” tambahnya. Dilansir viva.co.id

SEBUAH KETIDAKPASTIAN


KETIDAKPASTIAN

Mengapa begitu banyak orang ingin menjadi karyawan atau pegawai negeri?
jawaban adalah satu kata : "Kepastian!"
Kepastian dapat gaji setiap bulan, kepastian dapat beras setiap bulan, kepastian dapat jaminan kesehatan, dan terakhir, dapat jaminan uang pensiun!

Mengapa saudara kita dari Cina sukses dalam sisi ekonomi?
Jawabannya juga hanya satu kata : "Ketidakpastian!"
Akibat ketidakpastian pendapatan maka mereka
berdagang, akibat ketidakpastian uang pensiuan maka mereka menabung.
Semakin ketakutan akan sakit, maka semakin keras mereka berusaha bangkit, semakin takut akan hari tua semakin cepat mereka mengajari anak mereka berdagang.
Mengapa ketidakpastian kapan akan datang kematian dirahasiakan Rabb?
jawabannya : "Agar manusia melakukan yang terbaik setiap hari."
Bayangkan kalau sekiranya si Fulan tahu pasti ia akan meninggal tangggal 28 Juli 2051. Maka ia sekarang bisa berbuat maksiat apa saja yang dia suka, korupsi suka-suka, pacaran suka-suka, minum suka-suka. Lalu 40 hari sebelum meninggal ia pergi haji, lalu bertobat. menjelang saat detik-detik kematian si koruptor pemabuk pezina itu kemudian menunggu di depan Multazam seraya berzikir lalu meninggal dunia khusnul kahtimah. Enak saja!
Kesimpulannya, bahwa ketidakpastian adalah sebuah rahmat-Nya. Alloh ingin agar manusia waspada dan mengeluarkan potensinya yg terbaik, sehingga manusia memberikan daya upaya yang terbaik selama hidupnya.
Ketidakpastian justru kekuatan kita. Ketidakpastian adalah rahmat!
Coba perhatikan semut, lebah atau burung. Mereka juga hidup dalam ketidakpastian, akan tetapi mereka tetap dapat makanan hingga ke anak cucu mereka, bahkan mereka tidak pernah melamar pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) :D
Perhatikan perlombaan balap mobil Formula Satu (F1), akibat ketidakpastian bahwa dirinya akan juara, maka mereka berusaha menciptakan jenis mobil formula satu, seperti Lotus dan Ferrari yang mampu berlari kencang!
Kalau mereka sudah pasti dapat giliran akan juara, maka paling-paling yang lahir adalah jenis kendaraan bemo atau bajaj saja….. :D
Jangan takut dengan ketidakpastian, percaya dan yakinlah bahwa apa yang kita takutkan itu umumnya tidak terjadi. Percayalah pada diri sendiri, dan percayalah pada Rabb Yang Maha Memberi Rizki.
Kuncinya, yakinlah bahwa kita akan berhasil, jangan pernah ragu, jangan takut, dan terus berlari sebagai calon juara! Yakinlah bahwa Anda akan sukses 100% kelak! In sya' Alloh.
Tidak akan ada jalan buntu, yang ada hanya jalan yang sedikit berliku.
Terima ketidakpastian sebagai Rahmat dari-Nya.

KAMU SUDAH KAYA ATAU MASIH MISKIN?

KAMU SUDAH KAYA? ATAU MASIH MISKIN?

Kenalan saya seorang Perencana Keuangan, di Jakarta punya banyak klien dari kalangan artis. Dia cerita, waktu itu pernah dicurhati seorang artis yang tiap hari nongol di TV, terkenal dimana-mana, tapi buat bayar cicilan mobil 5 juta saja, tidak punya.. Gaya hidup akhirnya meremukkan hidupnya.
Saya pernah kenal seorang Presenter TV Nasional, kalo sedang tampil rapi pakai jas rapi sekali, hanya sekali ketemu di seminar, dia minta nomer HP.
Sebulan kemudian dia SMS...
"Mas, saya pinjam uangnya 1 juta bisa? Minggu depan saya kembalikan.."
Walaaah..
Tahun 2009 malah ada Vokalis Band terkenal, saya kenal sejak 2003 ketika dulu masih kerja di EO, sering saya ketemu waktu saya jadi Stage Manager. Lagunya ngehits di semua radio, satu sore ngajak ketemu...
Ujung-ujungnya pinjam uang dengan alasan ini itu.. Dan sampai hari ini tidak pernah dikembalikan hingga tahun-tahun berlalu..
Kisah Ustadz Luqmanul Hakim gak kalah unik, waktu masih kuliah S2 di Malaysia, dia diundang makan di sebuah restoran mewah oleh salah satu kawannya.
Ustadz Luqman bahkan diminta memindahkan parkiran motor bututnya, agar tidak menggangu pemandangan di halaman depannya.
Usai makan, kawannya justru curhat dan minta nasehat, sambil menunjuk mobil mewah di halaman depan yang sudah 6 bulan cicilannya belum terbayar...
Betul kan?!, rejeki dari Allāh itu PASTI CUKUP untuk hidup, tapi TAK AKAN CUKUP untuk gaya hidup...
Kisah nyata sebaliknya dari Ustadz Luqman, sbb:
Seorang Ibu tua dengan kain jarik datang ke sebuah masjid usai jum'atan, Panitia dan Takmir sedang berkumpul, sambil duduk menghitung uang hasil infak jama'ah hari itu.
Ketika Ibu itu datang dengan baju sangat biasa dan berkain jarik, salah seorang dari mereka berdiri, mendekati ibu itu sambil berkata: "Maaf bu, disini tidak menerima sumbangan..."
Ibu itu membuka lipatan kain jariknya, mengeluarkan uang berwarna merah, biru, merah, biru, merah, biru... berlembar-lembar banyaknya, sambil berkata:
"Maaf nak, saya mau ikut bersedekah untuk pembangunan masjid ini... Ini uangnya mohon diterima... "
Seketika para takmir itu menunduk, tak ada yang berani memandang wajah Ibu itu...
Salah tingkah dan menahan malu...
----------
Tulisan dari Ustad Salim A. Fillah ini juga menarik, menahan nafas membacanya...
"Suatu malam, Ustadz Muhammad Nazhif Masykur berkunjung ke rumah. Setelah membicarakan beberapa hal, beliau bercerita tentang Tukang Becak, di sebuah kota, di Jawa Timur"
Ustadz Salim melanjutkan, “Ini baru cerita, kata saya...
Yang saya catat adalah, pernyataan misi hidup Tukang becak itu, yakni:
(1) Jangan pernah menyakiti
(2) Hati-hati memberi makan istri
“Antum pasti tanya,” kembali Salim melanjutkan ceritanya sembari menirukan kata-kata Ustadz Muhammad.
"Tukang becak macam apakah ini, sehingga punya mission statement segala?".
Saya juga takjub dan berulang kali berseru, “Subhānallah", mendengar kisah hidup bapak berusia 55 tahun ini.
Tukang becak ini Hafidz Qira’atu Sab’ah
Beliau menghafal al-Qur’an lengkap dengan tujuh lagu qira’at seperti saat ia diturunkan: qira’at Imam Hafsh, Imam Warasy, dan lainnya.
Dua kalimat itu sederhana. Tetapi bayangkanlah sulitnya mewujudkan hal itu bagi kita.
Kalimat 1. Jangan pernah menyakiti. Dalam tafsir beliau diantaranya adalah soal tarif becaknya. Artinya...
Jangan sampai ada yang menawar, karena menawar menunjukkan ketidakrelaan dan ketersakitan.
Misalnya ada yang berkata, sbb:
“Pak, terminal Rp 5.000 ya?".
Lalu dijawab, "Waduh, enggak bisa, Rp 7.000 Mbak."
Itu namanya sudah menyakiti. Makanya, beliau tak pernah pasang tarif.
“Pak, terminal Rp 5.000 ya?"
Jawab beliau pasti: "OK".
“Pak, terminal Rp 3.000 ya?"
Jawabnya juga: "OK".
Bahkan kalau ada Penumpang : "Pak, terminal Rp 1.000 ya?"
Jawabnya beliau juga sama, yaitu: "OK".
Gusti Allāh, manusia macam apa ini?!
Kalimat kedua, hati-hati memberi makan istri.
Artinya, sang istri hanya akan makan dari keringat dan becak tuanya. Rumahnya berdinding gedek. Istrinya berjualan gorengan. Stop!
Jangan dikira beliau tidak bisa mengambil yang lebih dari itu. Harap tahu, Putra beliau dua orang. Hafidz al-Qur’an semua.
Salah satunya sudah menjadi Dosen terkenal di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terkemuka di Jakarta. Adiknya, tak kalah sukses. Pejabat strategis di Pemerintah.
Uniknya, saat pulang, anak-anak sukses ini, tak berani berpenampilan mewah. Mobil ditinggal beberapa blok dari rumah. Semua aksesoris, seperti arloji dan handphone dilucuti. Bahkan, baju parlente, diganti kaus oblong dan celana sederhana.
Ini adab, tata krama.
Sudah berulang kali sang putra mencoba meminta bapak dan ibunya ikut ke Jakarta. Tetapi tidak pernah tersampaikan. Setiap kali akan bicara serasa tercekat di tenggorokan, lalu mereka hanya bisa menangis.
Menangis. Sang bapak selalu bercerita tentang kebahagiaannya, dan dia mempersilakan putra-putranya menikmati kebahagiaan mereka sendiri.
Oleh:
Ustadz Salim A.Fillah
-------------
Kawanku.. Hari terus berganti, matahari datang pagi ini, dan menghilang sore nanti...
Usia kita terus bertambah, tanpa sadar banyak hal yang begitu saja kita lewatkan, hanya untuk mengejar dunia yang sementara...
Padahal esok pada waktunya, kita semua saat pulang, ternyata hanya dibungkus kain kafan tak bersaku...
Tak ada bekal uang yang berlaku..
Semua harta yang selama ini kita kejar habis-habisan, ternyata semu belaka... Pangkat, jabatan, kemewahan yang selama ini dibanggakan, akan berakhir ditimbun tanah kuburan..
Banyak orang yang mengejar label kaya dengan menggadaikan dunianya, harga diri sudah musnah entah kemana...
Sementara, banyak orang yang diam-diam ternyata kaya raya, dan lebih suka mencari muka hanya pada Tuhannya...
Benar kata kawan saya Mas Arief Budiman...
ORANG KAYA adalah orang yang selalu merasa cukup, sehingga dia terus berbagi...
ORANG MISKIN adalah orang yang selalu merasa kurang, hingga dia terus meminta-minta...
Wallahua'lam.. semoga menjadi pelajaran buat kita :)
Rezeki dari Allah itu PASTI CUKUP untuk hidup, tapi TAK AKAN CUKUP untuk gaya hidup.." :)

Biografi Syaikh Mutawalli asy-Sya'rawi

Beliau dikenal dengan metodenya yang bagus dan mudah dalam menafsirkan al-Quran dan memfokuskannya atas titik-titik keimanan dalam menafsirkannya. Hal itulah yang menjadikannya dekat di hati manusia, terkhusus metodenya sangat sesuai bagi seluruh kalangan
dan kebudayaan sehingga beliau dianggap memiliki kepribadian Muslim yang lebih mencintai dan menghormati Mesir dan dunia Arab. Oleh karena itu beliau diberi gelar Imam ad-Du’at (Pemimpin Para Da’i).

Daftar Isi:
1.    Kelahiran Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi
2.    Pengembaraan Mencari Ilmu Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi
3.    Kepribadian Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi
4.    Keluarga Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi
5.    Karya-karya Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi
6.    Kewafatan Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi
7.    Kalam Mutiara Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi

1.    Kelahiran Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi

Asy-Syaikh al-Imam Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi lahir pada 16 April 1911 M di Desa Daqadus, Distrik Mith Ghamr, Provinsi Daqahlia, Republik Arab Mesir. Di usia yang masih dini, 11 tahun, ia sudah hafal al-Quran.

Sejak kecil selalu dipanggil oleh kedua orangtuanya dengan panggilan “Syaikh al-Amin” (yang amanah). Tidak ada keterangan tentang hal ini, namun boleh jadi karena kecerdasan dan kepolosannya kepada orangtuanya.

2.    Pengembaraan Mencari Ilmu Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi

Syaikh asy-Sya’rawi semasa kecilnya belajar di Madrasah Ibtidaiyah al-Azhar, Zaqaziq. Kecerdasannya telah tampak semenjak kecil dalam menghafal syair dan peribahasa Arab. Beliau berhasil meraih ijazah Madrasah Ibtidaiyah al-Azhar pada tahun 1923. Selanjutnya ia melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Tsanawiyah di tempat yang sama hingga bertambahlah minatnya dalam syair dan sastra.

Ia mendapatkan tempat khusus di antara rekan-rekannya, hingga terpilih sebagai ketua persatuan mahasiswa dan menjadi ketua perkumpulan sastrawan di Zaqaziq. Diantara rekan-rekan beliau adalah:
1.    Dr. Muhammad Abdul Mun’im Khafaji (Penyair Thahir Abu Fasya)
2.    Prof. Khalid Muhammad Khalid
3.    Dr. Ahmad Haikal
4.    Dr. Hassan Gad.

Mereka semua adalah guru sekaligus rekan sesama kaum muda yang gandrung dengan sastra Arab. Mereka memperlihatkan kepadanya apa yang mereka tulis. Hal itulah yang menjadi titik perubahan kehidupan Syaikh asy-Sya’rawi.

Ketika orangtuanya ingin mendaftarkan dirinya ke al-Azhar, Kairo, ia ingin tinggal dengan saudara-saudaranya di Zaqaziq demi untuk menekuni dunia tani, sebagaimana keluarga besarnya yang hidup sebagai petani desa. Namun mereka tetap mendesak beliau untuk ke Kairo agar dapat mengeruk ilmu sebanyak-banyaknya dan mengamalkannya sekembalinya ke kampung halaman. Akhirnya tak ada hal yang patut dilakukannya kecuali patuh kepada orangtua dan mewujudkan keinginan mereka. Maka ia pun akhirnya terdaftar di Fakultas Bahasa Arab tahun 1937 M.

Syaikh asy-Sya’rawi tamat dari al-Azhar tahun 1940 M dengan gelar S1. Lalu beliau mendapat izin mengajar pada tahun 1943 M setelah menyelesaikan pendidikan Master of Art. Ia ditugasi mengajar di Thanta, Zaqaziq, dan selanjutnya di Iskandaria.

Setelah masa pengalaman yang panjang di negerinya, Syaikh asy-Sya’râwi pindah ke Arab Saudi pada tahun 1950 M, untuk menjadi dosen syari’ah di Universitas Ummu al-Qurra. Beberapa tahun kemudian, ia kembali ke kampung halamannya.

Di Kairo, ia diangkat sebagai direktur di kantor Syaikh al-Azhar Syaikh Husain Ma’mun, kemudian menjadi duta al-Azhar di Aljazair dan menetap selama tujuh tahun di sana. Setelah itu ia kembali lagi ke Kairo, ditugasi sebagai kepala Departemen Agama Provinsi Gharbiyah dan utusan khusus al-Azhar untuk mengajar di Universitas King Abdul Aziz, Arab Saudi.

Pada bulan November 1976 M, Perdana Menteri Mesir, Mamduh Salim, memilihnya untuk memimpin Departemen Urusan Wakaf dan Urusan al-Azhar. Perannya bagi al-Azhar dan pemerintahan Mesir sungguh luar biasa. Ia seorang ahli agama yang juga sangat handal dalam tata administrasi pemerintahan.

Sekalipun menduduki kedudukan elite dan termasyhur, sikap wara’ dan tawadhunya tidak luntur. Ia juga seorang yang amat pemurah dan menafkahkan gaji yang diperolehnya bagi para pelajar, mahasiswa, hafidz al-Quran dan orang-orang miskin. Bahkan, royalti atas karya-karyanya banyak digunakannya untuk kegiatan-kegiatan sosial seperti membangun sekolah, masjid, memberikan santunan dan sebagainya.

Selain berpengetahuan luas, asy-Sya’rawi juga amat menguasai bahasa dialektika. Kedua kemampuan ini menjadikannya ulama dan muballigh yang handal.

3.    Kepribadian Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi

Syaikh Asy-Sya’râwi juga amat cinta kepada keturunan Rasulullah Saw. Ia sering berkunjung ke kawasan al-Husain (sebuah wilayah yang banyak didiami dzurriyyah Rasul), rutin berziarah ke makam Sayyidah Nafisah, dan menghadiri majelis Maulid di halaman Masjid al-Husain.

Suatu ketika, dalam sebuah diskusi keagamaan, ia pernah ditanya: “Bagaimana pendapat Tuan tentang ziarah ahlul bait dan para wali yang merupakan kebiasaan orang-orang Mesir khususnya orang-orang dari dusun yang bertabarruk kepada mereka?”

Seraya meletakkan tangannya di dada seolah-olah berbicara tentang dirinya, ia menjawab: “Kami besar sebagai orang dusun. Selama hidup, kami tinggal di lingkungan ahlul bait dan para wali. Orangtua-orangtua kami, datuk-datuk kami, ibu-ibu kami dan saudara-saudara kami semuanya tinggal di serambi para wali. Kami tidak melihat kebaikan kecuali dari mereka. Kami tidak mengetahui ilmu kecuali di tempat-tempat mereka. Kami juga tidak mengenal keberkahan kecuali dengan mencintai mereka.

Kami mencintai mereka karena mereka berhubungan dengan Allah. Kebaikan datang kepada kami dari orang-orang yang sangat kami yakini bahwa mereka berhubungan dengan Allah. Mereka tidak dikenal kecuali oleh orang-orang yang jiwanya menerima manhaj (syari’at) Allah.

Bagaimana mungkin mereka membolehkan berziarah ke kuburan orang-orang Muslim awam tetapi mengharamkan menziarahi mereka yang dikenal sebagai orang shalih! Ziarah kubur itu diperintahkan. Jika hal itu telah dilakukan untuk orang-orang Muslim awam, apakah orang-orang yang telah dikenal atau orang yang baik dikecualikan dari hal itu, lalu diharamkan menziarahi kuburnya karena ia orang baik? Pendapat ini sungguh tidak masuk akal! Anggap sajalah itu seperti kubur-kubur yang lain dan berdzikirlah kepada Allah di tempatnya.

Kita tidak menentang ziarah. Yang kita tentang adalah hal-hal yang tidak benar yang terjadi di dalamnya. Orang-orang yang meminta sesuatu dari mereka dapat kita katakan berbuat syirik. Tetapi jika ia meminta kepada Allah di makam-makam mereka, apa yang harus dilarang?

Demi Allah, seandainya dalam berziarah itu tidak ada hal lain yang didapatkan selain sekadar pertemuan dengan orang-orang yang tunduk di hadapan Allah, itu sudah cukup bagi saya. Seandainya tidak ada yang saya dapatkan di sana selain bertemu orang-orang yang menggunakan dirinya kembali kepada Allah, itu sudah cukup. Saya akan pergi untuk bertemu orang-orang yang meninggalkan dunia dan makan sekali saja dalam sehari.

Orang-orang yang menziarahi Imam Husain, Sayyidah Nafisah, Sayyid Ahmad al-Badawi atau Syaikh Ibrahim ad-Dasuqi, akan malu melakukan maksiat setelah itu. Mungkin juga perasaan malu itu akan terus menyertainya sepanjang hayatnya.”

Setiap hari Jum’at selama 20 tahun di Masjid Arba’in di kampung kelahirannya dan beberapa masjid di Kairo, ia mengisi sebuah majelis bertajuk “Khawathir Sya’rawi”. Ia berceramah dan mengisi pengajian tafsir al-Quran. Kemampuan orasinya mampu memikat pendengarnya yang terdiri dari kalangan masyarakat biasa. Sungguh pun begitu, para pendengar dari kumpulan kaum intelektual sekuler, seperti Syaikh al-Qimani, senantiasa memperhatikan ceramahnya.

Selepas meninggalkan jabatannya dalam kementerian, ia berkhidmat sebagai ulama al-Azhar. Namun dalam penampilan berpakaian, ia enggan memakai pakaian resmi para ulama al-Azhar dan hanya memakai kopiah dan jubahnya.

4.    Keluarga Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi

Setelah menikah, Syaikh asy-Sya’rawi dikaruniai tiga orang putra dan dua orang putri: Sami, Abdul Rahim, Ahmad, Fathimah dan Shalihah. Baginya, faktor utama keberhasilan pernikahannya adalah ikhtiar dan kerelaan antara suami dan istri.

Mengenai pendidikan anaknya, ia berkata: “Yang terpenting dalam mendidik anak adalah suri teladan. Seandainya didapatkan suri teladan yang baik, seorang anak akan menjadikannya sebagai contoh. Maka seorang anak harus dicermati dengan baik, dan di sana terdapat perbedaan antara mengajari anak dan mendidiknya.

Seorang anak, jika tidak bergerak kemampuannya dan bersiap untuk menerima dan menampung sesuatu di sekitarnya, artinya, apabila tidak siap telinganya untuk mendengar, kedua matanya untuk melihat, hidungnya untuk mencium, dan ujung-ujung jarinya untuk menyentuh, kita wajib menjaga seluruh kemampuannya dengan tingkah laku kita yang mendidik bersamanya dan di depannya. Oleh karena itu, kita harus menjaga telinganya dari setiap perkataan yang jelek, dan menjaga matanya dari setiap pemandangan yang merusak.

Kita harus mendidik anak-anak kita dengan pendidikan Islami. Apabila anak melihat kita dan kita mengerjakan yang demikian itu, dia akan mengikutinya, juga yang lainnya. Tapi jika anak itu tidak mengambil pelajaran dalam hal ini, tindakan lebih penting daripada omongan belaka.”

5.    Karya-karya Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi

Syaikh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi adalah salah satu ulama terkemuka masa kini. Ia memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan masalah agama dengan mudah dan sederhana dalam karya-karyanya. Karya-karyanya begitu familiar di tengah-tengah masyarakat muslim, baik karya asli maupun terjemahan.

Ia juga memiliki usaha yang luar biasa besar dan mulia dalam bidang dakwah Islam. Lisannya yang fasih dan metodenya yang bagus dan mudah dalam menafsirkan al-Quran mudah dicerna oleh berbagai lapisan masyarakat Muslim, baik di Mesir, tempat kelahirannya, maupun di berbagai penjuru dunia, sehingga ia diberi gelar Imam ad-Du’at (Imam para Da’i) oleh rekan sejawat sesama ulama di Mesir.

Sebagai seorang ulama yang juga cendekiawan, ia tak hanya fokus dengan dakwah billisan. Ketertarikannya dalam dunia tulis-menulis turut memasyhurkan namanya sebagai ulama penulis handal dan produktif. Beliau juga dijuluki “Mujaddid Abad 20” oleh sebagaian pecinta beliau. Di tengah-tengah kesibukannya dalam aktivitas kepemerintahan dan akademi, Syaikh asy-Sya’rawi masih sempat menelurkan banyak karya diantaranya:

1.    Al-Isra’ wa al-Mi’raj (Peristiwa Isra dan Mi’raj).
2.    Asrar Bismillahirrahmanirrahim (Rahasia di balik kalimat Bismillahirrahmanirrahim).
3.    Al-Islam wa al-Fikr al-Mu’ashir (Islam dan Pemikiran Modern).
4.    Al-Islam wa al-Mar’ah: ‘Aqidah wa Manhaj ( Islam dan Perempuan, Akidah dan Metode).
5.    Asy-Syura wa at-Tasyri’ fi al-Islam (Musyawarah dan Pensyariatan dalam Islam).
6.    Ash-Shalah wa Arkan al-Islam (Shalat dan Rukun-rukun Islam).
7.    Ath-Thariq ila Allah (Jalan Menuju Allah).
8.    Al-Fatawa (Fatwa-fatwa).
9.    Labbayk Allahumma Labbayka (Ya Allah Kami Memenuhi PanggilanMu).
10.    Mi-ah Su-al wa Jawab fi al-Fiqh al-Islam (100 Soal Jawab Fiqih Islam).
11.    Al-Mar’ah Kama Aradaha Allah (Perempuan Sebagaimana yang Diinginkan Allah).
12.    Mu’jizah al-Qur’an Min Faydhi al-Qur’an (Kemukjizatan Al-Quran Diantara Limpahan Hikmah Al-Quran).
13.    Nadzarat al-Qur’an (Pandangan-pandangan Al-Quran).
14.    ‘Ala Ma-idah al-Fikr al-Islamiy (Di Atas Hidangan Pemikiran Islam).
15.    Al-Qadha wa al-Qadar (Qadha dan Qadar).
16.    Hadza Huwa al-Islam (Inilah Islam).
17.    Al-Muntakhab fi Tafsir al-Qur’an al-Karim (Pilihan dari Tafsir Al-Quran Al-Karim).
18.    Al-Hayah wa al-Maut (Hidup dan Mati).
19.    At-Taubah (Taubat).
20.    Adz-Dzalim wa adz-Dzalimun (Dzalim dan Orang-orang yang Dzalim).
21.    Sirah an-Nabawiyyah (Sejarah Kenabian).

Karya-karya beliau dapat dipahami sebagai wujud perpaduan keindahan dan penguasaan sastrawi, fiqh, aqidah, tafsir, hingga permasalahan kontemporer kehidupan Muslimin. Para ulama Mesir mengakui kepiawaiannya di bidang tafsir dan fiqh perbandingan madzhab. Ia juga amat menguasai bahasa dialektika, sehingga Syaikh Ahmad Bahjat dan Syaikh Yusuf al-Qaradhawi menyebutkan Syaikh asy-Sya’rawi sebagai seorang ahli tafsir kontemporer yang dapat menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan uslub (metode) yang mudah dipahami orang umum. Bahasanya lugas dan mudah, tapi mendalam.

Al-Qaradhawi, muridnya saat belajar di al-Azhar Thantha, memuji gurunya ini sebagai tokoh yang rendah hati dan luas pemikirannya dalam berbeda pendapat. Sementara Syaikh Umar Hasyim, salah satu petinggi al-Azhar, menganggapnya sebagai tokoh yang pantas disebut sebagai salah seorang mujaddid (pembaharu) abad ke-20.

6.    Kewafatan Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi

Tiga bulan sebelum wafatnya, saat peresmian sebuah masjid di kampungnya, ia berkata: “Semua harta adalah milik Allah Ta’ala, dan setiap apa yang telah diberikan oleh Allah kepadaku akan aku nafkahkan pada jalan Allah. Sesungguhnya aku tidak memiliki apa-apa. Harta dan diriku hanya untuk Allah. Seandainya setiap orang merasa bertanggung jawab pada kampung dan bandar tempat kelahirannya, niscaya tempat itu lebih indah daripada bandar-bandar besar di seluruh dunia. Aku ingin tanah tempat kelahiranku ini yang menimbun jasadku nanti.”

Kerajaan Saudi pernah menawarkan kepadanya tanah pekuburan di Baqi’. Tawaran itu adalah tawaran terhormat bagi seorang ulama Mesir yang banyak jasanya bagi studi Islam di Arab Saudi, yang Wahabi-sentris. Namun, kecintaannya kepada kampung halamannya, Mesir, diungkapkannya: “Tanah kelahiranku lebih layak menerima jasadku hingga ia dapat memelukku ketika aku mati sebagaimana aku memeluknya dan memeliharanya ketika hayatku.”

Pada pagi Rabu 17 Juni 1998 M/22 Shafar 1419 H, Syaikh asy-Sya’rawi kembali ke haribaan Ilahi, dalam usia 87 tahun. Saat pemakamannya, ratusan ribu orang memadati kuburnya di Kampung Daqadus, sebagai penghormatan terakhir bagi ‘allamah besar ini.

7.    Kalam Mutiara Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi

Diantara kalam mutiara nasehat beliau yang berbentuk syair adalah:

(من أقوال الشيخ محمد متولي الشعراوي)

إن كنت لا تعرف عنوان رزقك# فإن رزقك يعرف عنوانك.

“Jika kamu tidak tahu alamat tempat rizqimu, maka ketahuilah rizqimu tahu alamat tempatmu.”

إذا أهمّك أمر غيرك فاعلم بأنّك ذوطبعٍ أصيل # وإذا رأيت في غيرك جمالاً فاعلم بأنّ داخلك جميل

“Jika engkau mementingkan urusan orang lain, ketahuilah bahwa kamu punya karakter yang baik. Jika engkau melihat orang lain baik, maka ketahuilah bahwa batinmu juga baik.”

من ابتغى صديقا بلا عيب عاش وحيدا # من ابتغى زوجةً بلا نقص عاش أعزبا

“Siapa yang ingin mencari teman yang sempurna (tanpa aib), maka hidupnya akan sendirian (karena tiada teman yang sempurna). Siapa yang ingin mencari istri yang sempurna (tanpa kekurangan), maka hidupnya akan jomblo (karena tiada istri yang tanpa kekurangan).”

من ابتغى حبيبا بدون مشاكل عاش باحثا # من ابتغى قريباً كاملاً عاش ناقصا

“Siapa yang ingin mencari kekasih tanpa rintangan, maka hidupnya akan dilewati dengan mencari saja (tak akan pernah ketemu). Siapa yang ingin mencari kerabat yang sempurna, ia akan hidup dalam kekurangan.”

إذا أخذ الله منك مالم تتوقع ضياعه # فسوف يعطيك مالم تتوقع تملكه.

“Jika Allah mengambil sesuatu darimu yang tak kau sangka, maka kelak Allah akan memberimu sesuatu yang tak kau sangka kau miliki.”

Wallahu al-Musta’an A’lam. Lahu al-Fatihah…
Referensi:
•    Al-Imam Muhammad Mutawallî asy-Sya'râwî: Musyâhadat an-Nuskhat Kamilatan.
•    Al-Imam asy-Sya’rawi wa Haqa-iq al-Islam karya Ma’mun Gharib, 1987.
•    Al-Muntadayâtu al-Islâmiyyat fî Rihâbi al-Islâmi.
•    An-Nur al-Abhar fi Thabaqat Syuyukh al-Jami' al-Azhar karya Muhyiddin at-Tu’mi, 1992.
•    Asy-Syaikh asy-Sya’rawi min al-Qaryah ila al-‘Alamiyyah karya Muhammad Mahgub Hassan, 1990.
•    Asy-Syaikh al-Imam Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi fi al-Hukm wa as-Siyasah karya Abu al-Hassan Abd al-Raziq, 1990.
•    Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Hayati min Daqadus ila al-Wizara karya Muhammad Safwat al-Amin, 1992.
•    Muntadayâtu Syabâbi Mishra.
•    Muntadâ Qashash al-Anbiyâ’ wa al-Mursalîn.


Pengurus Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Daerah Pati Mendukung Penertiban Karaoke


Pengurus Daerah (PD) Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Kabupaten Pati mengajak masyarakat untuk mendukung penertiban tempat karaoke di Bumi Mina Tani. Ajakan tersebut tak lepas dari penegakan Perda Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan yang mengatur karaoke.
"Kami minta semua pihak dan elemen masyarakat bisa mendukung upaya penertiban karaoke. Hal ini sebagai tindaklanjut penegakan perda tentang karaoke," kata Ketua Pengurus Daerah Ikadi Pati, Muhsin SM, usai mengikui Musyawarah Masyarakat Pati di Ruang Paripurna DPRD Pati, Sabtu (2/4/2016).
Menurutnya, kajian dilakukan juga atas dasar tindaklanjut setelah penegakan perda yang pernah dilakukan beberapa waktu lalu mengalami kegagalan.
"Di forum ini, tokoh masyarakat diundang. Kami berembug tentang perda penegakan karaoke setelah beberapa waktu lalu gagal dan harus ditunda," tegasnya.
Dalam forum ini, Pemerintah Kabupaten Pati bersama dengan unsur masyarakat Pati juga mengeluarkan pernyataan sikap terkait dengan penegakan Perda Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan yang mengatur karaoke.
Ada empat isi pernyataan sikap hasil dari musyawarah tersebut. Pertama, masyarakat mendukung Pemkab Pati untuk menegakkan perda Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan, khususnya karaoke.
Kedua, masyarakat mendorong aparat penegak hukum, khususnya kepolisian untuk serius membantu pemkab Pati dalam melakukan penegakan perda.
Ketiga, masyarakat meminta dan mendesak aparat penegak hukum Kabupaten Pati untuk menindak oknum-oknum yang melanggar Undang Undang terkait dengan proses penertiban karaoke.
Keempat, mengajak masyarakat Pati untuk mengawal ketat dan kritis terhadap beroperasinya tempat-tempat hiburan ilegal yang meresahkan masyarakat.
"Pernyataan sikap ini dalam rangka mendukung penegakan Perda yang selama ini menuai sejumlah kendala dalam penegakannya," imbuh Muhsin.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Guru GO! - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger