Terjemahkan Blog Ini

Headlines News :
Diberdayakan oleh Blogger.

Channel Youtube

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah saya. Bukan ayah saya. Bukan pula anak saya. Saya jangan dihargai karena 'pangkat' ayah saya. Saya juga jangan 'disamakan' dengan anak saya. Akuilah saya apa adanya.

Selamat Datang di Blog Saya, Ahlan Wa Sahlan Bihudzurikum.

Semoga blog ini bermanfaat untuk Anda. Apa hal positif dari Blog ini beritahu teman. Jika ada ada yang kurang beritahu saya agar saya bisa memperbaikinya. Boleh Copas asalkan mencantumkan alamat blog ini. Jazakumullah
Saya sangat berterima kasih Anda sudah berkunjung ke blog saya. Lebih berterima kasih lagi jika Anda meninggalkan komentar pada postingan saya baik berupa koreksi, persetujuan, maupun tambahan ilmu buat saya.
Jika Anda merasa puas dengan blog ini tolong beritahu teman atau saudara agar blog ini bisa lebih dikenal luas dan anda pun Insya' Alloh akan mendapatkan pahala karena menyebarkan kebaikan. Tetapi jika Anda tidak puas tolong beritahu saya. Maturnuwun. Terimakasih. Jazakumulloh khoiral jaza'

BENARKAH IBRAHIM MENEMUKAN TUHAN KARENA MEMAKAI AKAL?


Inilah yang sering digembar-gemborkan oleh sebagian orang yang menuhankan akal mereka. Mereka menjadikan kisah Nabi Ibrahim dalam menemukan Tuhan sebagai bemper alias pembenar bahwa kita harus menuhankan akal kita. Benarkah Nabi Ibrahim berhasil menemukan Tuhan karena menggunakan akal beliau? Coba kita simak secara lengkap dan teliti ayat-ayat Alloh yang berbicara tentang kisah Sang Nabi Bapak Tauhid ini dalam “menemukan” Tuhan.
“Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat".
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. QS. Al-An’am (6): 76-79
Kalau kita baca secara sekilas ayat-ayat di atas memang seolah-olah Nabi Ibrahim sukses menemukan tuhannya karena mengoptimalkan akalnya. Namun, sangat aneh jika seseorang bisa mendapatkan hidayah HANYA karena ia menggunakan akal. Hidayah itu milik Alloh, dan akan diberikan kepada siapa saja YANG DIKEHENDAKINYA. Artinya jika Nabi Ibrahim mendapatkan hidayah HANYA karena menggunakan akal maka ini bertentangan dengan firman Allah. Lihatlah firman Allah berikut ini:
“DIA MEMBERI HIDAYAH kepada siapa yang DIKEHENDAKI-Nya ke jalan yang lurus.” QS. Al-Baqarah (2): 142
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang DIKEHENDAKI-Nya kepada jalan yang lurus. QS. Al-baqarah (2):213
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang DIKEHENDAKI-Nya. QS. Al-Baqarah (2): 272
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang DIKEHENDAKI-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. QS. Al-An’am (6):88
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi. QS. Al-A’raaf (7):178
Dan masih banyak lagi ayat yang menyatakan bahwa datangnya hidayah itu atas kehendak Allah, BUKAN atas kehendak manusia sendiri. Dan ternyata isyarat itupun sudah ditangkap oleh Nabi Ibrahim sendiri. Lihatlah di ayat itu terselip pernyataan Nabi Ibrahim bahwa ia menemukan tuhan adalah karena hidayah Allah. Ibrahim mengatakan, “"Sesungguhnya JIKA TUHANKU TIDAK MEMBERI HIDAYAH kepadaku, PASTILAH aku termasuk orang-orang yang SESAT".
Jadi amat sangat salah jika seseorang menggunakan kisah keberhasilan Ibrahim dalam menemukan Tuhan adalah berkat akalnya, bukan berkat hidayah Allah. Dan seharusnya, jika hanya akal yang berguna untuk keimanan seseorang, mestinya Fir’aun dan Qarun pun beriman kepada Allah dan Nabi Musa karena secara akal ia tidak bisa menolak hujjah dan mukjizat Nabi Musa. Demikian juga dengan Abu Lahab dan kawan-kawan. Meski kebenaran Muhammad sangat ma’kul dan bahkan maktub dalam kitab sebelumnya, mengapa mereka tidak beriman? Karena mereka belum dapat hidayah Allah. Dan bahkan paman Nabi sendiri pun gagal diislamkan sampai-sampai nabi pun bersedih, sehingga diingatkan oleh Allah:
“Sesungguhnya kamu TIDAK AKAN DAPAT memberi HIDAYAH kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang DIKEHENDAKI-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. QS. Al-Qashash (28):56
Persoalan ini lebih jelas ketika di ayat-ayat yang lain Ibrahim juga mengakui bahwa ia telah mendapatkan hidayah Allah, bukan karena penggunaan akalnya. Lihatlah ayat ini:
“Dan dia (Ibrahim) dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya ALLAH TELAH MEMBERI HIDAYAH kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?” QS. Al-An’am (6): 80
Ibrahim berkata: Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. QS. Maryam (19): 43
Dan sesungguhnya telah Kami ANUGERAHKAN KEPADA IBRAHIM HIDAYAH kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan) nya. QS. Al-Anbiyaa’ (21):51
Sekali lagi dan sekali lagi, akal harus dipakai, namun jika akal sudah diletakkan di atas perintah al-Qur’an itu berarti mengebiri al-Qur’an sekaligus menjadikan akal sebagai tandingan sesembahan. Dengan kata lain siapa pun yang menolak perintah Allah karena diangga tidak masuk akal, maka ia telah menuhankan akal alias berbuat syirik. Naudzubillahi min dzalik…..!

IBLIS TERSESAT KARENA MENUHANKAN AKAL



Tentu kita sangat familiar dengan kisah Iblis yang menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam a.s. Kisah itu dimuat di dalam al-Qur’an secara berulang-ulang, pertanda bahwa itu adalah peristiwa yang sangat penting. Mari kita tengok bagaimana al-Qur’an menceritakan kisah tersebut:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. QS. 2:34
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". QS. 7:11-12
“Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu. Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?" Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". QS. 15: 26-33
“Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" QS. 17:61
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim. QS. 18:50
“Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. QS. 20:116
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuanya kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir. Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". QS. 38:71-76
Jika kita perhatikan dengan seksama kisah tidak mau sujudnya Iblis kepada Adam maka dapat disimpulkan bahwa hal itu DIKARENAKAN IBLIS MENUHANKAN AKALNYA alias LOGIKAnya. Logika Iblis mengatakan bahwa bahan baku api (yang darinya Iblis diciptakan) itu lebih mulia dan lebih terhormat daripada bahan baku tanah liat (yang darinya Adam diciptakan). Padahal dalam pandangan Allah tidaklah begitu. Alloh sama sekali tidak memandang bahwa tanah liat itu lebih hina daripada api dan tidak memandang bahwa api itu lebih mulia daripada tanah liat.
Dalam pandangan Alloh, orang yang paling mulia adalah mereka yang paling bertakwa. Perhatikan ayat berikut:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” QS. 49:13
Inilah yang terjadi jika kita terlalu menuhankan akal kita. Kita pun akan terperosok ke dalam kesesatan sebagaimana Iblis yang tersesat karena menuhankan akal. Padahal hanya Allah sajalah yang patut untuk dituhankan. Karena Iblis menuhankan akal, maka ia berani menentang perintah Allah yang tidak sesuai dengan akal atau logika berpikirnya. Logika Iblis berkata, “Masak api disuruh sujud sama tanah liat? Yang bener saja man!” begitulah kira-kira rasio Iblis.
Dan ternyata di dunia ini ada juga orang yang mengikuti langkah-langkah Iblis, yakni menuhankan akal. Mereka enggan melakukan perintah-perintah Allah, meskipun bunyi ayatnya JELAS sebuah perintah. Misalnya, di banyak ayat Allah jelas dan tegas menyuruh hamba-hambanya untuk mendirikan sholat, namun mereka justru menolak karena menuhankan akal mereka dengan mengatakan, “Masak sholat kok nungging begitu, makanya tidak bisa mencegah dari kemungkaran.”
Inilah bahayanya jika kita menuhankan akal kita. Mestinya perintah Allah harus diletakkan lebih tinggi daripada akal. Itulah agama Islam. Kata Islam sendiri mengandung arti “pasrah”. Selama kita tidak mau pasrah kepada Allah maka selamanya kita tidak akan bisa merasakan indahnya beragama Islam.
Memang dalam al-Qur’an terdapat sekian ayat yang menegaskan agar kita menggunakan akal kita untuk berpikir. Namun bukan berarti kita disuruh menuhankan akal kita. Bahkan malaikat sendiri pun hampir-hampir saja menuhankan akal mereka. Ketika Allah berfirman kepada malaikat akan menciptakan khalifah di atas bumi, para malaikat berkata dengan logika mereka: “Apakah Engkau hendak menciptakan makhluk yang akan merusak bumi dan menumpahkan darah di sana? Padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji-Mu?” Namun ketika mendapatkan jawaban dari Allah, “Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Malaikat pun tersadar dan berkata, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Berikut kutipan lengkap ayat tersebut:
“Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!". Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” QS. 2:30-32
Semoga kita semua terhindar dari perilaku menuhankan akal. Menggunakan akal wajib hukumnya, namun jangan sampai berlebihan. Karena tidak semua hal bisa dicerna oleh akal. APALAGI MENGELIMINIR WAHYU ALLAH DENGAN AKAL. Sungguh akal manusia sangat terbatas. Tidak pantas bagi kita sombong menolak perintah Allah dengan keterbatasan akal itu. Semoga yg masih menuhankan akal segera tersadar. Amin…

7 Fakta Ilmiah Tentang Mu'jizat Hadits Rasulullah SAW


Salah satu peristiwa paling indah bagi seorang Mukmin adalah, ketika ia menyaksikan kemukjizatan dari perkataan atau hadits Rasulullah SAW. Bagaimana manusia yang hidup di zaman teknologi dan beragam penemuan ilmiah seperti saat ini, melalui berbagai penelitian terhadap hadits-hadits Rasulullah SAW menyingkap kebenaran atas ke-Rasulan Muhammad SAW. Penemuan-penemuan inilah yang bisa berkontribusi meluruskan paradigma Barat terhadap Nabi SAW yang sangat penyayang.

Fakta pertama
Rasulullah SAW bersabda, “Agama ini akan sampai (ke seluruh penjuru bumi) sebagaimana sampainya malam dan siang.” sekarang angka populasi umat Islam di seluruh dunia, menunjukkan bahwa umat Islam ada di setiap tempat dimana pun di bumi ini. Statistik menyebutkan bahwa pada tahun 2025, Islam akan menempati peringkat pertama agama yang terbesar pemeluknya di seluruh dunia. Perkataan ini tidak berlebihan. Sebab ini merupakan hasil dari penelitian terhadap perkembangan jumlah umat Islam dari waktu ke waktu. Dan itu disimpulkan oleh para ilmuwan non-Muslim.

Para pakar statistik dunia menyebutkan bahwa agama Islam merupakan agama yang paling cepat pertumbuhan dan penyebarannya. Pemeluk Islam ada di seluruh dunia, dengan jumlah yang beragam. Umat Islam menyebar di seluruh pelosok bumi. Pertanyaannya: Bukankah ini yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW?

Fakta Kedua
Kemukjizatan ilmiah dalam sabda Nabi SAW: “Dijadikan bagiku bumi, sebagai tempat sujud dan suci”. (HR. Muslim). Para ilmuwan melalui ragam penelitian baru menemukan adanya unsur antibiotik dalam debu tanah, yang dapat membersihkan dan membunuh banyak jenis kuman. Bahkan disebutkan pula bahwa tanah yang termasuk materi desinfektan. Para ilmuwan mengatakan bahwa beberapa jenis tanah dapat menghilangkan bakteri yang sulit dimusnahkan. Karena itu, mereka saat ini berpikir untuk memproduksi antibiotik yang bisa membunuh bakteri, melalui hasil ekstrak dari tanah. Demikianlah, setelah pengalaman panjang di laboratorium mereka menemukan bahwa tanah dapat menghapus seluruh koloni bakteri dalam waktu 24 jam. Dan bila koloni bakteri itu tidak dilawan dengan unsur tanah, maka mereka akan berkembang biak sebanyak 45 kali lebih banyak.

Bagi para ilmuwan, kini semakin jelas bahwa tanah memiliki unsur antibiotik. Andai tanah tak memiliki unsur pembersih ini, niscaya tak kan ada kehidupan yang bisa berlangsung mengingat sangat banyak bakteri, kuman dan virus yang sampai pada manusia hingga bisa mematikan. Hanya karena rahmat Allah SWT saja, yang menempatkan unsur pembersih di dalam tanah sehingga kehidupan tetap berlangsung. Bukankah nikmat Allah SWT Yang Maha Kasih Sayang ini sangat patut kita syukuri?

Fakta Ketiga
Rasulullah SAW dengan sangat detail berbicara tentang fakta ilmiah yang bisa disingkap oleh para ilmuwan kecuali setelah mereka melakukan penelitian beberapa tahun. Rasul SAW bersabda: “Hari Kiamat tak akan terjadi sampai tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang rumput dan sungai-sungai.” (HR. Muslim). Saat ini secara ilmiah terbukti bahwa wilayah jazirah Arab pernah subur dan dialiri oleh sungai-sungai. Bekas-bekas aliran sungai itu ditemukan di zaman kita sekarang. Ini diperoleh melalui potret satelit yang mampu menyingkap kondisi bumi pada masa lampau. Dan di sana tampak jelas sejumlah sungai yang mengalir di pasir-pasir jazirah Arab. Para ilmuwan Barat melalui NASA menyatakan, “Foto yang diambil oleh radar terhadap padang pasir telah menunjukkan daerah padang pasir pernah dipenuhi danau dan sungai. Kondisi lingkungan itu serupa dengan yang kita lihat di Eropa, dan mereka akan kembali mengalami hal ini suatu hari nanti.”

Melalui foto satelit NASA, para ilmuwan menegaskan bahwa padang pasir di Rub' al-Khali (yang tak ditinggali manusia) dan jazirah Arab secara umum , pernah dipenuhi sungai dan hutan lebat yang subur. Kondisi alam itu menyebabkan banyak hewan yang hidup di tempat tersebut. Dan kelak menurut para ilmuwan, bumi ini akan kembali seperti dahulu di masa yang akan datang. Inilah yang sudah ditandaskan dalam hadits Rasulullah SAW.

Fakta Keempat
Saat Rasulullah SAW berbicara tentang ash-Shiraath (jembatan di Hari Kiamat), ternyata itu pun merupakan salah satu dari hadits-hadits yang mengandung mukjizat ilmiah. Hadits ini berbunyi, “Apakah kalian tidak melihat bagaimana kilat itu melesat dan kembali lagi dalam kedipan mata?” (HR. Muslim). Apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW ini, sangat selaras dengan apa yang ditemukan oleh para ilmuwan modern tentang bagaimana gerak dan kecepatan kilat. Para ulama menemukan bahwa kilatan petir tidak terjadi kecuali dengan turunnya sinar petir dari awan ke tanah dan kemudian kembali lagi. Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW telah berbicara tentang tahapan atau proses terjadinya petir dengan akurasi yang menakjubkan. Rasul SAW bahkan memilihkan kata-kata yang begitu tepat tentang waktu yang dibutuhkan oleh kilat petir tersebut, yakni kedipan mata. Inilah yang disampaikan oleh Nabi SAW.

Para ilmuwan menemukan bahwa petir terjadi melalui beberapa tahap. Yang terpenting adalah tahap turun dan kembali ke atas. Waktu atau kecepatan kilatan petir adalah 25 milidetik, yang hampir sama dengan kedipan mata. Bukankah ini yang telah disampaikan Rasulullah SAW sebelum empat belas abad?

Fakta Kelima
Para ilmuwan modern menemukan bahwa wilayah Nashiyah (tempat paling atas dan ada di depan otak, ubun-ubun) merupakan wilayah penting yang berfungsi menetapkan keputusan yang benar. Setiap kali wilayah ini mengalami interaksi lebih tinggi, lebih aktif dan lebih stabil, maka keputusan yang diambil akan lebih detail dan lebih bijak. Karena itulah salah satu do'a yang diucapkan Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Ahmad adalah, “Nashiyatii biyadik.” (nashiyahku ada di dalam kekuasaan-Mu). Dalam do'a tersebut, Rasulullah SAW menyerahkan sepenuhnya segala urusan kepada Allah SWT. Allah lah yang menentukan semuanya sesuai Kehendak dan Keinginan-Nya. Sisi lain yang tersingkap dalam hadits ini adalah wilayah yang disebut nashiyah tadi. Sebagai lokasi organ yang memainkan peran penting dalam banyak aktifitas manusia, seperti mengetahui, mengarahkan, memecahkan masalah, berinovasi. Karena itulah Rasulullah SAW menyerahkan wilayah tersebut kepada Allah SWT sesuai dalam do'anya tersebut, “nashiyatii biyadik.” Demikialah, hadits Rasulullah SAW otomatis mengindikasikan pentingnya organ tubuh di wilayah itu.

Para ilmuwan baru-baru ini melakukan sjumlah kajian dalam rangka untuk menemukan kebohongan. Dan hasil dari kajian ini, mereka menemukan bahwa daerah yang bertanggungjawab atas kebohongan adalah otak manusia bagian depan yang terletak di bagian yang disebut “an-Nashiyah” (ubun-ubun). Yang mengagumkan adalah bahwa al-Qur'an sejak berabad-abad yang lalu telah berbicara tentang fungsi ubun-ubun ini ketika membicarakan Abu Jahl. “Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.” (QS. Al-Alaq: 15-16).

Fakta Keenam
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah terjadinya kematian secara tiba-tiba.” (HR. Thabrani). Hadits ini jelas menunjukkan kemukjizatan ilmiah dalam hakikat medis yang tak mungkin bisa dibantah. Kemukjizatan ini telah dinyatakan oleh Rasulullah SAW yang memang tak mengatakan sesuatu berlandaskan hawa nafsu, melainkan karena wahyu Allah SWT. Hal ini ditegaskan dari perhitungan detail oleh PBB, yang menyimpulkan adanya fenomena kematian secara tiba-tiba. Kematian seperti itu, menurut penelitian, akan terus terjadi tanpa bisa dihentikan meskipun beragam mekanisme pencegahan dilakukan.

Para dokter ahli jantung menegaskan bahwa kematian tiba-tiba semakin banyak dialami manusia pada tahun-tahun terakhir. Meski beragam perkembangan medis untuk menangkal penyakit ditemukan, tapi jumlah kematian secara tiba-tiba terus bertambah. Pertanyaannya: Bukankah ini yang secara jelas telah disampaikan dalam hadits Nabi SAW?

Fakta Ketujuh
Kebanyakan imuwan menyebtukan ketuaan adalah cara terbaik sebagai akhir kehidupan manusia secara alami. Upaya apapun untuk memanjangkan umur melewati batas yang telah ditetapkan, justru akan memunculkan penyakit baru, antara lain kanker. Profesor Lee Silver dari princton University di Amerika mengatakan, “Upaya apa saja yang dilakukan manusia untuk abadi, itu berlawanan dengan tabiat alam.” para ulama telah menyimpulkan bahwa uang sebesar apa pun tidak bisa digunakan untuk memanjangkan usia. Inilah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, “Berobatlah kalian wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya Allah tidak memberikan penyakit, kecuali diberikannya juga obat (bagi penyakit itu), kecuali satu penyakit: ketuaan.” (HR. Ahmad).

Inilah sebagian dari fakta-fakta ilmiah yang menegaskan kemukjizatan serta kebenaran Hadits-Hadits Rasulullah SAW. Jadi, bagi yang sampai saat ini masih senantiasa sombong dengan membuang hadits-hadits silahkan bertobat, mumpung dunia belum kiamat. Semoga Alloh memberi hidayah pada saudara-saudaraku yang masih tersesat di jalan Ingkar Sunnah. Amin..

Sumber: Majalah Tarbawi edisi 272 Tahun 2012

Benarkah Hadits Tidak ditulis pada Zaman Nabi?



Kebanyakan orang Ingkar Sunnah selalu memakai dalil dalam rangka menolak keberadaan hadits  dengan menyatakan bahwa Rasulullah  melarang penulisan hadits. Jadi siapa yang masih berpegang pada hadits berarti berkhianat pada Rasulullah SAW. Hadits pelarang yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:
مسند أحمد - عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا سِوَى الْقُرْآنِ وَمَنْ كَتَبَ شَيْئًا سِوَى الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ.
Dari Abu Sa’id ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kalian menulis sesuatu dariku selain al-Qur’an. Siapa yang menulis sesuatu dariku  selain al-Qur’an maka hendaklah ia menghapusnya.” (Musnad Ahmad Juz 22 Halaman 208 Nomor 10663)
Memang hadits ini menceritakan tentang larangan Rasulullah SAW terhadap penulisan kalimat yang keluar dari mulut beliau selain al-Qur’an. Namun dalam riwayat lain justru Rasulullah menyuruh kepada Abdullah bin Amr bin al-Ash untuk menulis apa saja yang keluar dari mulut beliau:
سنن أبى داود - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيدُ حِفْظَهُ فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ وَقَالُوا أَتَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ تَسْمَعُهُ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا فَأَمْسَكْتُ عَنْ الْكِتَابِ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَوْمَأَ بِأُصْبُعِهِ إِلَى فِيهِ فَقَالَ اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلَّا حَقٌّ
Dari ‘Abdillah bin ‘Amr ia berkata: Aku menulis semua yang kudengar dari Rasulullah SAW untuk kuhafalkan lalu orang-orang Quraisy mencelaku dan mereka berkata: Apakah kamu menulis semua yang kamu dengar dari Rasulullah SAW? Padahal ia adalah manusia biasa yang berbicara dalam keadaan marah dan keadaan gembira? Maka aku pun berhenti menulis hingga aku menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah SAW. Maka beliau memberi isyarat dengan jari tangan ke mulut beliau sambil bersabda: “Tulislah! Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak keluar dari mulutku ini kecuali sesuatu yang benar.” (Sunan Abu Daud Juz 10 Halaman 55 Nomor 3161).
Hadits ini jelas menunjukkan bahwa Rasulullah menyuruh kepada ‘Abdullah bin ‘Amr agar menulis apa saja yang keluar dari mulut beliau. Menurut Dr. Izzuddin Husain as-Syekh, hadits ini juga menasakh atau membatalkan hadits pertama yang melarang menulis hadits. (Dr. Izzuddin Husain as-Syekh, Menyikapi Hadits-Hadits yang Saling Bertentangan”, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), hal. 114-116.
Nabi Saw. mengizinkan Abdullah bin Amr bin Ash menulis hadits karena ia telah bisa membaca dan menulis. Naskah Abdullah bin Amr dinamai Shahifah Shadiqah /Buku yang benar karena ditulis langsung dari Nabi Saw. Naskah ini berisi sebanyak 1000 hadis dan dihafal serta dipelihara oleh keluarganya sepeninggal penulisnya. Cucunya yang bernama ‘Amr bin Syu’aib meriwayatkan hadis-hadis tersebut sebanyak 500 hadis.
Bila naskah Shadiqah tidak sampai kepada kita menurut bentuk aslinya maka dapatlah kita temukan secara kutipan pada kitab Musnad Ahmad, Sunan Abu Dawud, Sunan An-Nasa’I, Sunan At-Tirmuzi dan Sunan Ibnu Majah.
Ibnu Taimiyah mengatakan: “Pada awalnya memang dilarang menulis hadits, akan tetapi setelah hadits-hadits Nabi SAW itu sangat banyak dan perlu dijaga dengan ditulis. Saat itu kekhawatiran hadits-hadits Nabi SAW itu akan bercampur baur dengan ayat-ayat al-Qur’an dan ucapan manusia biasa sudah dapat dijamin keterpeliharaannya. Terutama setelah turun ayat 9 Surah al-Hijr: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” Maka dibolehkanlah menulis hadits. Keperluan menulis hadits juga dilakukan dalam rangka menjaga adanya upaya pemalsuan hadits.

Akibat Ingkar Sunnah (2)

Di dalam al-Qur'an kita diperintahkan untuk berwudlu ketika hendak mengerjakan shalat. Perintah tersebut termaktub di dalam Surah al-Ma'idah Ayat 6:

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur."


Namun di dalam al-Qur'an tidak dijelaskan perihal hal-hal yang membatalkan wudlu. Penjelesan tentang hal apa saja yang bisa membatalkan wudlu hanya bisa kita dapatkan di dalam al-Hadits. Maka orang yang hanya berpedoman kepada al-Qur'an saja akan kebingungan. Saya pernah dialog hal ini dengan salah satu orang Ingkar Sunnah,

Sy: "Berarti ketika Anda sholat, kemudian tiba-tiba Anda kentut dengan suara keras dan berbau pasti Anda akan terus melanjutkan sholat? Begitu? Kan al-Qur'an tidak menjelaskan kepada Anda bahwa kentut itu membatalkan Sholat?"

IS: "Ya, karena kentut itu tidak indah maka saya membatalkan sholat dan kemudian berwudlu lagi dong."

Sy: "Lho, katanya tidak mau melakukan sesuatu jika tidak ada dasarnya di dalam al-Qur'an. Masak sekarang pakai dalil "karena tidak indah". Berarti ada dalil seni (indah; tidak indah) selain al-Qur'an ya? Masak al-Hadits dibuang tapi seni yang tidak berdasar dalil dipakai?"

IS: "........"

Jadi siapapun sekarang yang masih HANYA memakai al-Qur'an saja dan membuang jauh-jauh al-Hadits silahkan introspeksi diri dan bertaubat sebelum ajal menjemput. Allahumaghfir lahum. Amin.

Hamaas Kartasura desak kajian ingkar sunnah dihentikan

Solo Pos, Kamis Wage 23 November 2006

Kartasura (Espos)

Himpunan Masyarakat Anti Aliran Sesat (Hamaas), Perguruan Tapak Suci Putra Muhammasiyah Cabang Kartasura dan segenap elemen masyarakat muslim di wilayah Kartasura, Sukoharjo meminta kajian yang mereka nilai ingkar sunnah yang diusung Drs. Minardi Mursyid dari Yayasan tauhid Indonesia (Yatain) dihentikan.
Demikian dikemukakan Sekretaris Tapak Suci Putra Muhammadiyah Cabang Kartasura, Budi Santoso dalam dialog yang digelar di Kantor Desa Gumpang, Kartasura, Rabu (22/11).
Dalam dialog yang dimoderatori Camat Kartasura, Sumarsono, Budi menyatakan kemurnia ajaran Islam telah dilecehkan Minardi dengan menolak keberadaan al-Hadits sebagai sumber hukum agama Islam selain al-Qur'an.
"Akhir-akhir ini sedang terjadi pendangkalan akidah terhadap umar Islam yang dilakukan secara serius dan sistematis dengan mengadakan kajian-kajian di beberapa tempat di Solo dan sekitarnya. Pendangkalantersebut dilakukan sang pemateri yang sering dipanggil Mbah Min," ujar Budi.
Budi mengatakan, pada bulan Ramadhan lalu Minardi pernah mengisi acara kajian Ahad pagi di MQ FM Solo. Namun, lanjut Budi, kajian tersebut kemudian dihentikan manajemen MQ FM atas permintaan dari MUI Solo, masyarakat dan sebagian ustadz yang menilai isi kajian tersebut telah menyesatkan.
"Kajian tersebut dihentikan karena isi ceramahnya yang ngawur, tidak berpedoman pada ilmu fikih. Mbah Min telah menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an dengan seenaknya tanpa menyitir pendapat para ulama besar. Kami mendesak ajaran tersebut dihentikan," papar Budi.
Sementara itu, dari pihak Yatain, Minardi membantah keras adanya penyalahtafsiran ayat-ayat al-Qur'an. Minardi mengemukakan hal itu hanya merupakan perbedaan pendapat yang menurutnya wajar terjadi pada penafsiran isi al-Qur'an. Setiap umat Islam, menurut Minardi, akan memiliki perbedaan pendapat dalam menafsirkan isi kitab suci.
"Untuk menanggapi permintaan dari segenap masyarakat yang hadir dalam dialog ini, dari pihak Yatain, dengan ini menyatakan tidak akan lagi mengadakan kajian al-Qur'an di wilayah Gumpang."
Merasa tidak puas dengan pernyataan yang diambil Minardi, Koordinator Hamaas Kartasura, Aris Adenata, meminta pihak Yatain untuk membuat pernyataan tertulis yang harus ditandatangani. Namun dari pihak Yatain menolak.
Pada akhir dialog, Sumarsono mengimbau kepada kedua belah pihak untuk mengadakan pendekatan secara persuasif, mengingat pada saat ini tengah berlangsung pemilihan kepada desa (Pilkades) di Kabupaten Sukoharjo.
"Kami berharap kedua belah pihak tetap menjaga kondisi yang kondusif. Bila ingin menyelesaikan permasalahan ini, hendaknya dicari solusi yang terbaik demi menjaga keamanan di lingkungan kartasura," tegas Sumarsono. (m46).


Download Buku Pedoman Penulisan Tesis UMS

Assalamu'alaikum saya ucapkan buat para pengunjung setia blog  saya..... 
Sejak selesai dari segala ubo rampe tesis dan alhamdulillah sukses ujian tesis, banyak teman-teman yang bertanya kepada  saya tentang pedoman penulisan tesis, kebanyakan mereka ingin meminjam buku pedoman penulisan tesis UMS pada saya. Dengan menyesal saya tidak bisa memenuhi permintaan teman-teman kuliah saya tersebut. Karena,  honestly, saya sendiri tidak punya buku tersebut, karena memang tidak membelinya. Dalam proses pengerjaan tesis, saya meminjam Buku Pedoman Penulisan Tesis UMS di Perpustakaan Pascasarjana saat pergi ke Solo. 
Memang cukup merepotkan karena tidak bisa dibaca setiap saat. Mengingat banyak mahasiswa S2 yang berdomisili di luar Solo, bahkan di luar Propinsi Jawa Tengah, maka Buku Pedoman Penulisan Tesis UMS versi PDF ini saya ketik ulang. Tidak ada maksud apapun selain demi memudahkan mereka dalam menyelesaikan tesis sesuai dengan aturan  yang berlaku di UMS. Pembuatan Buku Pedoman Penulisan Tesis UMS  versi PDF ini mutlak diperlukan karena saat ini adalah era digital. 
Bagi siapa saja yang memanfaatkan versi PDF ini dan ingin berterima kasih kepada saya silahkan mengirimkan sekian rupiah uang “sukarela” untuk dakwah saya dan teman-teman di daerah Tayu Pati Jawa Tengah. Kebetulan saat ini kami sedang merintis sebuah lembaga pendidikan (sementara yang sudah berjalan TKIT Salman al-Farisi) di daerah tersebut. Karena belum ada dana untuk membangun gedung maka untuk sementara waktu kami meminjam sebuah ruko di Perumahan Tayu Kulon Sejahtera Pati. Dana bisa ditransfer ke rekening Bank Muamalat Cabang Pati nomor 015-0297-482  atas nama Yayasan Pendidikan Dakwah Sosial “Roja’ul Ummah” Tayu Pati.
Silahkan klik link di bawah ini:
 
Download Buku Pedoman Penulisan Tesis UMS Versi PDF

Wassalamu'alaikum.....

ABSTRAKSI TESIS "SYAR'I RULES IN MOVIES" (An Analytical Study of Nine Indonesian Islamic Movies)



SYAR'I RULES IN MOVIES


ABSTRACT

Muhsin SM's thesis on Syar'i Rules in Movies (An Analytical Study of Nine Indonesian Islamic Movies). Master Program in Islamic Thought, Graduate Program in Muhammadiyah University of Surakarta. 2011
The Islamic mission (dakwah) plays an important role in the religious life. In the teachings of Islam, preaching is an obligation imposed by a religion to its followers. According to the rules of fiqhiyah “mâ lâ yatimmul wâjibu illâ bihi fahuwa wâjib”, then a movie as a means of dakwah is a duty. However,  it is not considered a sin if Muslims do not preach through movies. Movie is just one of many ways to preach.
This research is focused on the study of Islamic movies in Indonesia. Up till now some researches on movies tends to confine  the side of semiotics, the messages (social, cultural, political, and religious), and the structures. There aren't any researches that discuss movies from the review of syar'i’s.
A movie that contained messages has been started since 1959. But its  journey did not as interesting as other commercial movies. The movies of this category began to bloom again since it lifted the Ayat-Ayat Cinta novel to the big screen. The film makers also make a similar film as a race.
This research is considered important, because: First, Islam is often negatively portrayed  on Western movies. Secondly, there is a percentage of Muslims that they can only be touched by the movie because they are allergic to the study. Third, sometimes a movie is able to provide a deeper understanding than propaganda through lectures. Fourth, there are some movies that are considered un-Islamic movie but it turned out to discredit Islam.
This research is wanted to answer the questions: (1) What aspects is considered to make  Islamic movies? (2) are the movies which  are labeled as  Islamic movies meets the criteria of Islamic Shariah? (3) What movies are awarded as Islamic movies but found it insulting Islam?
The Research is carried out on nine Islamic movies in Indonesia. The nine movies were chosen because it produced and distributed by nine different producers and distributors. By making nine movies are expected to represent the entire genre movies of religion in Indonesia.
In this research was found that (1) There are many things that must be considered in making Islamic movies. (2) Not all the movies that get the label of Islamic movie meets the criteria Islamic shariah. (3) The movies that get labeled Islamic movie but insulting Islam are 3 Do’a 3 Cinta (3 Prayer 3 Love) and Perempuan Berkalung Sorban (Women with a Turbans).

KAIDAH-KAIDAH SYAR'I DALAM PERFILMAN (Studi Analisis Terhadap 9 Film Religi Indonesia)


ABSTRAK

Muhsin SM. Kaidah-Kaidah Syar’i Dalam Perfilman (Studi Analisis Terhadap 9 Film Religi Indonesia). Tesis. Program Studi Magister Pemikiran Islam, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2011
Dakwah merupakan satu bagian yang pasti ada dalam kehidupan umat beragama. Dalam ajaran Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya. Sesuai kaidah fiqhiyah mâ lâ yatimmul wâjibu illâ bihi fahuwa wâjib, maka film sebagai sarana dakwah adalah sebuah kewajiban. Namun bukan berarti jika umat islam tidak berdakwah lewat film akan berdosa. Karena wasilah dakwah banyak sekali macamnya dan film hanyalah salah satu diantaranya.
Studi ini memfokuskan diri dalam penelitian film-film religi di Indonesia. Selama ini penelitian atas sebuah film hanya terbatas pada sisi semiotik, nilai pesan (sosial, budaya, politik, dan agama), dan struktur sebuah film. Belum ada penelitian yang membahas film dari tinjauan syar’i.
Perjalanan film sebagai penyampai pesan dakwah sudah dimulai sejak tahun 1959. Namun perjalanannya tidak semeriah film-film komersial lainnya. Film-film kategori ini mulai marak kembali sejak diangkatnya novel Ayat-Ayat Cinta ke layar lebar. Para sineas pun seolah berlomba membuat film serupa.
Penelitian ini menjadi penting mengingat: Pertama, agama Islam seringkali digambarkan secara negatif dalam film-film Barat. Kedua, ada sekian persen ummat Islam yang hanya bisa disentuh dengan film karena mereka alergi dengan pengajian. Ketiga, terkadang sebuah film mampu memberikan pemahaman yang lebih mendalam daripada dakwah lewat ceramah. Keempat, ada beberapa film yang dianggap film islami tetapi ternyata justru menjelekkan Islam.
Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan: (1) Apa saja hal yang harus diperhatikan untuk membuat film islami? (2) Apakah film-film yang mendapatkan label islami sudah memenuhi kriteria syari’ah? (3) Film apa saja yang mendapatkan predikat sebagai film islami tetapi ternyata justru melecehkan Islam?
Penelitian dilakukan terhadap 9 film religi di Indonesia. Kesembilan film ini dipilih karena diproduksi dan didistribusikan oleh sembilan produser dan distributor yang berbeda. Dengan pengambilan sembilan film ini diharapkan mampu mewakili seluruh aliran (genre) perfilman religi di Indonesia.
Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa ternyata (1) ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam membuat film islami. (2) tidak semua film yang mendapatkan label islami sudah memenuhi kriteria syar’i. (3) film-film yang mendapatkan label film islami tetapi melecehkan Islam adalah film 3 Do’a 3 Cinta dan film Perempuan Berkalung Sorban.

TAFSIRAN SEMBRONO MINARDI MURSYID

Tanpa sengaja saya mendengarkan siaran radio YATAIN (lebih tepat diartikan sebagai: Yayasan Taklid Ingkar Nabi) pada gelombang 89.3 FM yang berisi kajian Drs. Minardi Mursyid sebagai guru tunggal spiritual YATAIN. Bagi pembaca (khusus masyarakat Solo dan sekitarnya) yang belum pernah mendengarkan siaran radio ini silahkan putar di gelombang 89.3 FM. Namun yang perlu diingat, Anda harus tetap kritis ketika mendengarkan kata-kata Mbah Min di sini. Jangan terima mentah-mentah apa kata-kata Mbah Min, tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu atau bacalah kitab-kitab tafsir yang mu’tabar. Karena jika tidak, maka anda pun bisa jadi akan ikut untuk menjadi pengingkar Sunnah Nabi SAW. Kalau sudah begini, maka kelak Anda tidak akan menerima syafaat dari beliau di Yaumil Qiyamah.
Sebenarnya saya sudah lama diberitahu tentang radio Yatain ini oleh mas Eko (aktivis Yatain) dan diminta untuk mendengarkan radio ini agar pemahaman saya tentang Yatain bisa merubah dan menerima pendapat Mbah Min. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, semakin saya mendengarkan siaran Yatain, maka saya semakin yakin bahwa mereka memang baru tersesat sebagaimana kata Nabi. Karena bagaimanapun Nabi adalah orang yang paling tahu dengan tafsir al-Qur’an. Tetapi mengapa justru yang menafsirkan adalah Mbah Min dengan akalnya sendiri?
Honestly, memang ada beberapa pendapat Mbah Min yang bisa diterima secara syar’i. Karena meskipun ia membuang hadits tetapi ada juga tafsiran yang tidak bertentangan dengan kaidah tafsir. Tetapi sebagian besar yang disampaikan jelas bertentangan dengan hadits karena hanya melihat ayat secara kasat mata. Ia sama sekali tidak melihat bagaimana asbabun nuzul ayat tersebut, apalagi melihat hadits yang berkaitan dengan ayat. 
Nah salah satu tafsiran Mbah Min yang sembrono dan sangat tendensius adalah ketika ia menafsirkan QS 3:78 yang artinya:
“Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui.” (Ali Imran: 78).
Menurut Mbah Min, ayat ini menegaskan bahwa ada segolongan orang yang menulis kitab dengan tangan mereka sendiri (mengarang) dan mengatakan bahwa ini adalah dari Alloh. Mbah Min mengatakan bahwa mereka yang dimaksud dalam ayat ini adalah para penulis hadits. Inilah tafsir Mbah Min yang sangat tendensius. Dengan tafsirannya ini ia ingin mengajak kelompoknya untuk membenci para ahlus sunnah yang berpegang teguh pada al-Qur’an dan Sunnah.
Sekarang kita lihat bagaimana para mufassir menafsirkan ayat ini.
At-Thabary mengatakan: “Kata ‘minhum’ (mereka) dalam ayat tersebut adalah Ahlul Kitab (orang-orang Nashrani).
Tafsir Ibnu Katsir mengatakan bahwa ‘minhum’ di sini adalah orang-orang Yahudi.
Tafsir al-Maraghi lebih jelas mengatakan: “Mereka dalam ayat ini adalah ulama2 Yahudi yang berada di sekitar Madinah, serta orang yang mengikuti dan berjalan di jalan mereka. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa golongan (fariqan) itu merupakan orang2 Yahudi yang datang kepada Ka’ab ibnul Asyraf, yang dikenal sangat memusuhi Rasulullah SAW, banyak menyakiti, dan sering menghasutnya. Mereka merubah Taurat, kemudian menulis al-Kitab yang mengganti sifat Nabi SAW. Dan, Bani Quraidhah mengambifl apa yang mereka tulis, kemudian mencampuradukkannya dengan kitab yang ada pada mereka. Dan, mereka ketika membacanya memutarbalikkan bacaannya sampai orang-orang menduga bahwa itu dari Taurat.
Penafsiran ‘minhum’ dengan Yahudi sejalan dengan ayat di surah an-Nisa’ ayat 46 yang artinya:
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa`ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.”
Lebih jelas lagi bahwa kata ‘minhum’ di sini adalah benar-benar yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi adalah surah al-Baqarah: 79 yang artinya:
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.” (al-Baqarah: 79)
Ayat ini adalah rangkaian ayat yang bercerita tentang sifat jeleknya kaumnya Nabi Musa (orang-orang Yahudi) dari ayat sebelumnya yakni yang ke-67. Jadi adalah mengada-ada (alias berbohong) jika Mbah Min mengartikan ‘minhum’ sebagai orang-orang yang menulis hadits. Kalau benar kata Mbah Min, lalu ketika ayat ini diturunkan kepada Nabi saat itu apakah juga ‘minhum’ berarti orang-orang yang menulis hadits? Padahal saat itu hadits belum ditulis jadi sebuah kitab? Demikianlah telah jelas kesesatan mereka yang menafsirkan ayat dengan akalnya, dengan nafsunya dan tidak dengan petunjuk Rasul. Mudah-mudahan Alloh memberi hidayah kepada mereka. Amin. Amin. Amin. By: guruGO.blogspot.com
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Guru GO! - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger